Pertamina Ungkap 3 Penyebab Kerugian selama Semester I 2020

Senin, 31 Agustus 2020 | 17:15 WIB
Pertamina Ungkap 3 Penyebab Kerugian selama Semester I 2020
Tim Gegana Polri melakukan identifikasi benda yang diduga bom di Gedung Pertamina, Jakarta, Rabu (6/4).
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - PT Pertamina (Persero) menjelaskan penyebab kerugian yang dihadapi pada semester I 2020 ke Komisi VI DPR RI dalam rapat dengar pendapat, Senin (31/8/2020). 

Untuk diketahui, perusahan minyak milik negara itu menelan pil pahit alami rugi Rp 11,13 triliun pada Semester I 2020.

Menurut Direktur Keuangan PT Pertamina Emma Sri Martini, terdapat tiga alasan utama yang membuat kondisi keuangan perseroan memerah.

Pertama, kata Sri Martini, adanya penurunan tingkat penjualan selama masa pandemi covid-19. 

Baca Juga: Istri Ngidam Naik Kereta Minyak Pertamina, Curhatan Suami Viral

"Saat pandemi covid-19, signifikan sekali penurunan demand, sehingga menyebabkan revenue sangat terdampak. Jadi berapa pun crude price sangat rendah dan juga karena demand tidak ada, tidak berdampak pada revenue kita. Ini yang sangat membuat PNL kita terdamoak khususnya di kuartal II," ujar Emma dalam RDP, Kamis (31/8/2020). 

Namun demikian, Emma melihat penjualan pada akhir-akhir mulai meningkat. Bahkan trennya meningkat dalam tiga bulan terakhir ini. 

"Posisi sales, April menuju Mei itu sudah ada peningkatan. Mei ke Juni sudah meningkat 7 persen. Dan terakhir di Juli menibgkat 7 persen. Ini terlihat bahwa trennya sudah kembali positif kalau dibandingkan drngan Juni 2019 menurunnya tajam 26 persen," jelas dia. 

Alasan Kedua, lanjut Emma, fluktuasi rupiah juga mempengaruhi kondisi keuangan.

Ia menerangkan selama pandemi rupiah alami kontraksi sangat tajam, bahkan sempat menembus Rp 16.767 per 1 dolar AS. 

Baca Juga: Kapal Tanker Pertamina Tabrak Jamban, Warga Kocar-kacir Selamatkan Diri

"Jadi dari revenue turun dan selisih kurs kita sangat terdampak sekali. Kita lihat selisihnya sangat tajam sempat Maret Rp 16.767. Kalau kita bandingkan dengan desember Rp 13.900 inu yang menyebabkan secara buku kita mengalami selisih kurs yang sangat tajam," ucap dia. 

Terakhir ketiga, Emma menyebut, pelemahan harga minyak Indonesia atau Indonesia Crude Price (ICP) sangat mempengarui kerugian.

Padahal, di lain sisi, stok minyak Pertamina sedang melimpah sehingga mempengaruhi nilai yang didapat.

"Sehingga kita tidak enjoy terhadap penurunan harga ICP. Sementara di kilang itu masih mengkonsumsi harga crude yang masih mahal karena ada . Secara oembukuan, harga pokoknya masih mahal tetapi harga jualnya sudah rendah karemaengikuti ICP terkini," tukas dia.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI