Khusus digital, perseroan meningkatkan aktivitas di lini bisnis ini sebagai sumber pendapatan. Misalnya pada channel milik MNCN di Youtube, konten library diolah dan diedit dengan durasi pendek sekira 10 menit agar mendapat iklan di mid roll atau di tengah pemutaran konten.
"Dalam satu bulan menghasilkan view antara 1 miliar sampai 2,5 miliar view. Ini diiklankan oleh YouTube dengan porsi penghasilan iklan sebesar 55 persen untuk perseroan dan 45 persen untuk YouTube. Jadi ini sangat profitable karena cost-nya hanya editing cost," papar HT.
MNCN juga memproduksi konten original dengan pangsa pasar anak-anak muda dan mengelola multi channel network dari dari YouTuber maupun talent-talent di bawah manajemen perseroan.
Selain dengan Youtube, perseroan juga menjalin kerja sama dengan Facebook.
Pendapatan digital lainnya adalah dari aplikasi over the top (OTT) RCTI+ yang digadang-gadang oleh perseroan sebagai super apps.
Aplikasi tersebut menggabungkan lima segmen, yakni video streaming, news aggregator, audio aggregator, talent search, dan games aggregator.
"Sebagai gambaran roadmap, dengan 46 persen pangsa pasar iklan ada di 4 TV FTA kita maka diharapkan 25 persen iklan digital ada di RCTI+. Ini target dari perseroan," tegas Hary Tanoe.
Pada semester I 2020, MNCN meraup peningkatan pendapatan iklan digital hingga 26 persen menjadi Rp 409 miliar dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 325 miliar.
Pada paruh pertama tahun 2020, MNCN mengantongi pendapatan dari segmen digital sebesar Rp 409,08 miliar.
Baca Juga: MNC Akui Satu Pegawainya Terinfeksi Virus Corona
Pada kesempatan yang sama, Direktur Utama Media Nusantara Citra David Fernando Audy mengatakan iklan digital memberi porsi sekira 10 persen ke total pendapatan dan pihaknya memproyeksikan kontribusinya akan semakin besar. Sedangkan sebagian besar atau 90 persen masih berasal dari iklan tv.