Suara.com - Perusahaan Informasi dan Pengukuran Global Nielsen mengeluarkan hasil risetnya terkait belanja iklan selama masa pandemi Covid-19. Dari penelitian tersebut ditemukan, belanja iklan sempat jatuh pada kuartal II 2020, namun perlahan mulai merangkak naik di Juli 2020.
Yang menarik, belanja iklan pada media digital atau website sepanjang medio Januari-Juli 2020 sebesar Rp 24,2 triliun, posisi ini jauh lebih baik jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu dimana angkanya yang masih berada di single digit atau tepatnya Rp 9 triliun.
Hasil ini diperoleh Nielsen dari survei ke 200 media digital populer selama 7 bulan terakhir.
Executive Director Nielsen Media Hellen Katherina memproyeksikan jumlah belanja iklan bisa kembali terangkat setelah pemerintah melepas periode Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) menuju masa transisi.
Baca Juga: Belanja Iklan di Media Massa Turun Jadi Rp 122 Triliun Selama Pandemi
"Di awal Juni, pemerintah mulai sosialisasi new normal dengan beberapa catatan. Dengan ini kita lihat belanja iklan mulai naik, tapi masih ragu-ragu, wait and see terhadap new normal," ucap dia.
Hellen menjelaskan belanja iklan di media TV masih menjadi yang nomer satu dengan porsi mencapai Rp 88,2 triliun, media website berada di posisi kedua dengan capaian Rp 24,2 triliun, media cetak di posisi ketiga dengan Rp 9,6 triliun dan media radio diurutan buncit dengan capaian Rp 604 miliar.
Jika dilihat dari bulan ke bulan, Hellen mengatakan adanya fluktuasi belanja iklan, namun di lihat dari kuartal kedua mulai tertekan dan mengalami penurunan
"Belanja Iklan di kuartal satu masih positif, namun tertekan di kuartal kedua dan bulan Juni mulai menguat kembali," papar Hellen.
Berdasarkan rilis yang dikeluarkan Nielsen, konsumsi media saat ini menjadi lebih kompleks dengan adanya internet.
Baca Juga: Cintai Diri Sendiri, Model Jepang Ini Pamer Bulu Ketiak di Papan Iklan
Perkembangan internet dipengaruhi oleh pertumbuhan penggunaan smartphone yang sangat tinggi.
Saat ini 79 persen dari pengguna internet mengakses internet melalui smartphone.
Hal tersebut menyebabkan semua generasi telah mengadopsi. Di mana penetrasi internet terus tumbuh di semua kelompok.
Penetrasi tertinggi ditemukan pada generasi milenial (tahun kelahiran 1980 – 1999) dan generasi Z (tahun kelahiran di atas 2000) dengan penetrasi masing-masing 58 persen dan 50 persen.
Sementara generasi X (kelahiran 1960 – 1980) di angka 33 persen dan generasi baby boomers (kelahiran 1946 – 1964) di angka 9 persen.