Sri Mulyani Pastikan Indonesia Resesi Jika Kuartal III Negatif

Selasa, 25 Agustus 2020 | 17:43 WIB
Sri Mulyani Pastikan Indonesia Resesi Jika Kuartal III Negatif
Menteri Keuangan Sri Mulyani. [ANTARA FOTO/Wahyu Putro]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan pertumbuhan ekonomi pada kuartal III 2020 bisa negatif sampai 2 persen. Jika itu benar terjadi, ekonomi Indonesia dipastikan sudah masuk dalam jurang resesi, karena kuartal II sudah negatif 5,32 persen.

"Kalau indikator di Juli di kuartal III down side risk tetapi suatu risiko nyata. Kuartal III 0 sampai negatif 2 persen," kata Sri Mulyani dalam konfrensi pers virtualnya, Selasa (25/8/2020).

Dengan pergeseran yang belum solid ini dirinya memperkirakan keseluruhan tahun ekonomi untuk 2020 pada kisaran minus 1,1 sampai dengan 0,2 persen.

Meski memperkirakan tumbuh negatif, Sri Mulyani akan tetap mendorong kinerja konsumsi dan investasi, demi menyelamatkan ekonomi dari kejatuhan yang lebih dalam lagi.

Baca Juga: Supaya Terhindar dari Resesi, Sri Mulyani Keluarkan Tiga Juru Selamat

"Kunci utama konsumsi dan invetasi, kalau tetap negatif meski pemerintah sudah all out maka akan sulit masuk netral di tahun ini," ucapnya.

Sebelumnya, pemerintah memproyeksikan pertumbuhan ekonomi 2020 akan berada pada kisaran minus 0,4 persen hingga 2,3 persen.

Namun, pemerintah kembali merevisi prediksi tersebut setelah ekonomi Indonesia pada kuartal II/2020 terkontraksi cukup dalam, yaitu minus 5,32 persen secara year-on-year (yoy).

"Makanya Presiden minta untuk masuk ke faktor-faktor investasi. Konsumsi dari bansos dan kita sangat optimis bisa terjadi," ucapnya.

"Outlook kita sangat tergantung konsumsi dan investasi dan pemerintah akan lakukan kebijakan untuk kembalikan confidnet itu," tambahnya.

Baca Juga: Skenario Gaji 13 Demi Mencegah Resesi

Sebelumnya ekonom senior dan pendiri CORE Indonesia Hendri Saparini menuturkan, hampir semua negara di dunia mengalami krisis ekonomi yang disebabkan Covid-19, untuk memulihkan ekonomi banyak negara di dunia berbondong-bondong mengeluarkan stimulus dalam rangka pemulihan ekonominya.

"Saat ini semua negara sedang mengalami krisis ekonomi. IMF menamai krisis saat ini sebagai "Great Lockdown", belum pernah dilihat di dunia sebelumnya," kata Hendri.

Resesi dan krisis ekonomi kini menjadi perhatian seluruh negara. Bahkan beberapa negara sudah resesi akibat terdampak pandemi Covid-19.

Paling tidak ada enam negara yang sudah jatuh ke dalam resesi yakni Amerika Serikat (AS), Jerman, Korea Selatan, Hong Kong.

Adapun pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat pada kuartal I/2020 masih berada di posisi 2,97 persen, tetapi di kuartal II/2020 minus 5,32 persen.

AS misalnya, pertumbuhan ekonominya minus 32,9 persen periode April-Juni 2020, mengalami kontraksi jauh lebih tajam dari kuartal I/2020 yang tercatat minus 5 persen.

"Pertumbuhan ekonomi negatif karena semua mesin ekonomi tak bergerak. Pandemi Corona membuat banyak sektor terhenti karena sejumlah negara menerapkan lockdown," katanya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI