Pandemi dan Fintech Jadi Tantangan Berat Perbankan Konvensional

Minggu, 16 Agustus 2020 | 09:29 WIB
Pandemi dan Fintech Jadi Tantangan Berat Perbankan Konvensional
Ilustrasi Bank CIMB Niaga. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Teknologi berhasil mengubah wajah industri dan peradaban manusia tak terkecuali sektor perbankan.

Meskipun sudah banyak layanan perbankan yang memanfaatkan layanan digital, tapi bank menghadapi tantangan dengan hadirnya financial technology (fintech). Apalagi saat ini terjadi pandemi virus corona atau Covid-19, yang mengharuskan interaksi sosial masyarakat dibatasi, sehingga kehadiran teknologi sangat membantu.

Mantan CEO Bank CIMB Niaga Arwin Rasyid mengatakan, tantangan utama yang dihadapi industri perbankan tak hanya berasal dari fintech tetapi juga dari neobank atau the challenger bank.

Neobank adalah bank yang beroperasi penuh secara digital, tanpa kehadiran kantor cabang. Neobank lahir dari aplikasi teknologi chatting atau aplikasi sosial media lainnya.

Baca Juga: Cegah Kebocoran Data, OJK Bakal Atur Penggunaan Teknologi pada Asuransi

"Seperti Kakao Bank di Korea yang lahir dari KakaoTalk, Klarna Bank di Swedia yang lahir dari Shopping Apps ShopNowPayLater, WeBank di Tiongkok yang lahir dari WeChat. Bayangkan, betapa dahsyatnya jika Whatsapps yang memiliki dua miliar active users mendirikan neobank," kata Rasyid dalam keterangan persnya, di Jakarta, Minggu (16/8/2020).

Kata dia, penerapan layanan digital memang menguntungkan bank, tetapi juga memiliki sejumlah tantangan yang harus siap dihadapkan oleh para pelaku usaha.

Salah satu produk digital legacy dan pionir CIMB Niaga di era Rasyid adalah Rekening Ponsel—sebuah dompet digital (e-wallet) perbankan pertama di Indonesia bahkan Asia yang menggunakan Nomor Ponsel sebagai Nomor Rekening.

"Artinya, melalui Rekening Ponsel seseorang dapat melakukan transaksi perbankan seperti: pembelian, pembayaran, transfer, tarik tunai di ATM—tanpa harus memiliki rekening di bank," katanya.

Namun, menjadi yang pertama ternyata tidak serta merta menjadi yang terbesar. Dompet digital yang kini menguasai pasar “digital payment” ternyata tak ada satu pun yang dimiliki perbankan, namun dimiliki oleh perusahaan Fintech. Sebut saja Gopay, DANA, dan OVO.

Baca Juga: Enam Tahun Hadir, Tunaiku Telah Bantu 360 Ribu Warga Indonesia

Tak hanya mengalahkan dompet digital milik perbankan, Fintech P2P Lending juga mulai berhasil meraih kepercayaan masyarakat melalui berbagai kemudahan dan kecepatan proses pengajuan pinjaman dan persetujuan yang diberikan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI