Suara.com - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan Perekonomian Indonesia pada tahun ini akan tumbuh negatif.
Hal tersebut tersebut disampaikan, setelah memasukkan realisasi pertumbuhan ekonomi kuartal II yang tumbuh negatif sebesar 5,32 persen.
"Kita perkirakan -1,1 hingga 0,2 persen. Artinya, bergeser ke arah negatif atau mendekati 0," kata Sri Mulyani dalam konperensi pers Nota Keuangan yang diselenggarakan secara virtual, Jumat (14/8/2020).
Awalnya pemerintah menargetkan ekonomi Indonesia akan tumbuh dikisaran -0,4 persen sampai dengan 2,3 persen.
Baca Juga: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Minus: Momentum Bangkitkan Pertanian
Sri Mulyani mengatakan, konsumsi rumah tangga yang berkontribusi besar terhadap PDB Indonesia diperkirakan bakal terkontraksi cukup dalam tahun ini, pada kisaran -1,3 hingga 0 persen.
Meski begitu, dia tetap akan mendorong pertumbuhan ke arah yang lebih baik lagi.
Kuncinya, kata dia, ada di kuartal III ini, saat pemerintah akan menggenjot belanja demi menggerakkan roda perekonomian.
"Kuartal tiga diusahakan, tapi tidak hanya dari pemerintah meski memegang peran yang besar di dalam pemulihan ekonomi," jelasnya.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto meramalkan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia pada kuartal III akan berada dalam zona negatif.
Baca Juga: Ekonomi Tumbuh Negatif, Menteri Airlangga Tetap Bersyukur
Hal tersebut terungkap dari data yang dipaparkan Airlangga dalam acara pembukaan Rakornas Apindo yang diselenggarakan secara virtual, Rabu (12/8/2020).
Dalam paparan slide ke-10 tersebut terlihat bahwa ekonomi Indonesia pada kuartal III 2020 diprediksi akan negatif sebesar 1 persen, kuartal IV posisinya menjadi positif diangka 1,38 persen.
Sehingga secara keseluruhan hingga akhir tahun ekonomi Indonesia secara akan negatif sebesar 0,49 persen.
"Kita di kuartal I menjadi sedikit negara yang masih alami ekonomi positif, kuartal II minus 5,32 mulai negatif. Maka perlu pompa pertumbuhan di kuartal III," ujar Airlangga.
Makanya kata dia, Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta pembantunya di kabinet untuk bergerak cepat memacu belanja negara agar pertumbuhan ekonomi tidak masuk lebih dalam kejurang resesi.
"Bapak Presiden mendorong belanja disetiap kementerian dipacu. Karena kalau ini dipacu kita harapkan bisa masuk ke jalur positif," katanya.
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia pada kuartal II 2020 yang tumbuh negatif 5,32 persen merupakan angka pertumbuhan terendah sejak tahun 1999 atau saat Indonesia mengalami krisis moneter (krismon).
Jika dibandingkan secara tahunan, angka pertumbuhan ini mengalami kontraksi yang cukup hebat, pasalnya di kuartal II tahun lalu pertumbuhan masih cukup baik yakni diangka 5,07 persen.
"Oleh karena itu kita harus dorong belanja pemerintah ataupun spending masyarakat diberi rasa nyaman dan aman itu yang paling penting agar spending itu bisa berjalan,” katanya.