Dalam suratnya, para korban proyek Apartemen The Frontage ini mengakui bahwa mereka tergiur membeli apartemen di kawasan A. Yani Surabaya ini karena melibatkan nama-nama besar. Keyakinan itu semakin tinggi tatkala saat dilakukan groundbreaking sejumlah pejabat negeri ini hadir.
"Hadirnya orang-orang top itulah yang semakin meyakinkan pembeli untuk membeli unit apartemen di The Frontage. Tidak pernah terbayangkan bahwa hadirnya nama-nama besar itu akan menjadikan proyek menjadi tidak jelas seperti sekarang ini," imbuh Dimas.
Sementara itu Mercelino juga mengungkapkan bahwa proyek properti mangkrak seperti The Frontage ini sangat menyulitkan pelaku bisnis properti.
Salah satunya profesi broker properti yang berhubungan langsung dengan konsumen. Sebagai penghubung, lanjut Marcelino, posisi broker sangat sulit dan terjepit. Bahkan sering menjadi sasaran kemarahan konsumen.
Baca Juga: Wabah Corona Belum Berakhir, Bagaimana Nasib Industri Properti?
"Seperti konsumen The Frontage itu banyak konsumen yang marah dengan broker. Sementara pengembangnya tidak komunikatif dan belakangan ini semakin tidak jelas," lanjutnya.
Itu sebabnya, Marcelino menyarankan konsumen untuk semakin berhati-hati dalam membeli aset properti. Pelajari dan cari tahu latarbelakang dan rekam jejak pengembang.
Jangan tergiur nama besar yang belum jelas komitmen dan kemampuannya. Kasus The Frontage harus menjadi pelajaran besar buat masyarakat Surabaya untuk membeli aset properti.
"Makanya sekarang banyak pembeli properti di Surabaya banyak memilih unit apartemen second. Selain lebih jelas unitnya, mereka juga bisa mendapatkan harga yang terjangkau, apalagi disaat sulit seperti Pandemi Covid-19 saat ini," katanya.
Baca Juga: Dana Traveling Milenial Bisa Dimanfaatkan ke Properti Selama Pandemi