Ekonomi RI Nyungseb Gara-gara Orang Kaya Malas Belanja

Senin, 10 Agustus 2020 | 14:27 WIB
Ekonomi RI Nyungseb Gara-gara Orang Kaya Malas Belanja
Ilustrasi belanja di mal [shutterstock]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Daya beli yang merosot di tengah pandemi virus corona atau Covid-19 ternyata juga disumbangkan dari malasnya orang kaya Indonesia untuk berbelanja.

Hal ini yang membuat roda perekonomian tak bergerak kencang sepanjang kuartal II 2020, dimana ekonomi harus terjerembab negatif di level 5,32 persen.

Hal tersebut dikatakan Sekretaris Eksekutif 1 Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) Raden Pardede dalam sebuah video teleconference di Jakarta, Senin (10/8/2020).

"Kita harus akui bahwa pandemi ini menggantarkan mereka yang lebih punya uang, yang relatif lebih senior, yang kita ketahui yang senior-senior ini yang punya lebih banyak uang, mereka tidak mau berbelanja, mereka tidak mau berinvestasi, kecuali kepada hal-hal esensial," kata Pardede.

Baca Juga: Studi: Orang Kaya Tidur Malam Lebih Lama daripada Orang Miskin

Sebetulnya kata Pardede angka konsumsi masyarakat Indonesia bisa jauh lebih baik lagi, jika para kalangan borjuis ini mau berbelanja.

Tapi sayangnya itu tidak dilakukan sepanjang kuartal II lalu.

"Tidak serta merta daya beli yang turun, tapi memang dia (kalangan atas) tidak mau berbelanja," kata dia.

Yang membuat kalangan atas ini enggan untuk berbelanja kata Pardede adalah alasan kesehatan, mereka lebih baik diam di rumah saja dibandingkan keluar rumah karena bisa terancam penularan virus corona.

"Karena tidak adanya keamanan terhadap kesehatan, karena Covid-19 itu menggentarkan kalangan senior itu, makanya pemerintah sekarang menjalankan program Indonesia Sehat, untuk memberikan keyakinan kepada masyarakat virus ini bisa kita tangani dengan baik," katanya.

Baca Juga: Alasan Putra Siregar Sering Bikin Giveaway, Orang Kaya?

Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II 2020 yang tumbuh negatif 5,32 persen merupakan angka pertumbuhan terendah sejak tahun 1999 atau saat Indonesia mengalami krisis moneter (krismon).

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI