Suara.com - Platform digital seperti Gojek dan layanan e-commerce lainnya dinilai sebagai media yang dapat menopang eksistensi UMKM serta berkontribusi terhadap ketahanan ekonomi nasional.
Pengamat ICT Heru Sutadi mengatakan, UMKM dan sektor ritel merupakan pilar-pilar ekonomi nasional.
Kemudian di masa pandemi, lanjut dia, layanan digital menjadi salah satu solusi dan harapan bagi UMKM tetap eksis dan memberikan kontribusi terhadap perekonomian Indonesia yang mengalami kontraksi akibat merebaknya wabah Covid-19.
Menurutnya, dalam kondisi seperti ini, diperlukan langkah yang tepat agar menyelamatkan ekonomi dari potensi resesi dan krisis.
Baca Juga: Gojek Akui Ada Penundaan Investasi Akibat Covid-19
“Gojek dan platform digital lainnya menjadi media [bagi] UMKM bertahan [dari pandemi] dengan tetap memberikan layanan, dan selain memberikan kontribusi bagi ekonomi nasional, setidaknya juga berkontribusi pada ekonomi keluarga. [Keberadaan] mereka harus bisa meredam dampak perlambatan ekonomi,” kata Heru ditulis Sabtu (8/8/2020).
Meski demikian, Heru juga mengingatkan perlunya insentif bagi UMKM ini agar bisa bertahan, misalnya dalam bentuk permodalan, bantuan pelatihan pemanfaatan teknologi digital, serta berbagai kampanye agar mencintai dan menggunakan produk buatan Indonesia.
Sementara bagi perusahaan penyedia layanan digitalnya, dia melihat perlunya insentif berupa penundaan perpajakan, atau penundaan angsuran kredit, agar startup tersebut terus terpacu untuk menjawab tantangan pandemi Covid-19, terutama dalam hal mendorong trasformasi layanan ke digital dan lainnya.
Selain bantuan pinjaman modal kerja bagi mitra, Ekonom Indef Bhima Yudhistira menuturkan, bahwa mitra UMKM ini juga memerlukan dukungan lain dalam bentuk internet gratis semasa pandemi.
Dia mencontohkan kebijakan di Malaysia, di mana pemerintahnya memberikan subsidi internet gratis, yaitu 1Gb per pengusaha UMKM sampai dengan akhir 2020.
Baca Juga: Bagian dari Sistem Transportasi Massal, Gojek Indonesia Luncurkan GoTransit
“Kita bisa lakukan itu, dalam rangka mendorong UMKM migrasi ke digital. Pastinya ini akan menolong sekali apalagi selama ini UMKM yang masuk ke ekosistem digital baru 13%. Ini berarti sebanyak 87% UMKM masih berjualan secara konvensional. Jika kelompok yang 13% ini diberikan stimulus, kondisi mereka akan sangat bagus mengingat masih banyak orang yang suka memesan barang dari rumah,” tuturnya,
Bhima mencatat bahwa tidak dapat dipungkiri jika saat ini terjadi booming digital, sebagaimana ditujukkan dengan pertumbuhan sektor informasi dan komunikasi sebesar 10,8% (year-on-year) pada kuartal kedua. Kondisi ini terjadi saat sektor-sektor lainnya mengalami penurunan dan perekonomian nasional terkontraksi 5,2%.
Sementara itu, LD FEB-UI dalam riset yang dipaparkannya awal pekan ini menunjukkan jika Gojek dan ekosistem digitalnya terbukti mampu memperkuat daya tahan UMKM mitranya di tengah pandemi melalui berbagai bentuk dukungan baik yang diberikan oleh sesama mitra maupun oleh Gojek sendiri sebagai perusahaan.
Peneliti LD FEB-UI Alfindra Primaldhi menerangkan bila mitra UMKM, bahkan yang pemula sekalipun, terbantu oleh teknologi Gojek seperti GoBiz, GoPay dan GoSend, yang telah memudahkan mereka untuk bermigrasi ke teknologi digital maupun untuk bertahan di saat pandemi.
Selain itu, lanjutnya, terdapat juga program pelatigan dan pendampingan bagi UMKM yang diakui mereka telah meningkatkan keterampilannya dalam berjualan online, inovasi pemasaran, pemanfaatan media sosial dan rekapitulasi transaksi online.
LD FEB-UI mencatat ekosistem Gojek ini telah menyumbang Rp 104,6 triliun pada tahun 2019. Jumlah tersebut setara 1% dari PDB Indonesia.