Suara.com - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada bulan Juli terjadi deflasi sebesar 0,10 persen. laju deflasi yang rendah ini disebabkan karena daya beli masyarakat yang rendah akibat pandemi virus corona atau Covid-19.
Kepala BPS Kecuk Suhariyanto mengatakan dari 90 kota yang dipantau BPS pada bulan Juli 2020, 61 kota mengalami deflasi sementara 29 kota mengalami inflasi.
"Pada bulan Juli 2020 terjadi deflasi sebesar 0,10 persen, secara umum perkembangan harga yang menurun," kata Kepala BPS Kecuk Suhariyanto dalam konfrensi pers melalui video teleconference di Jakarta, Senin (3/8/2020).
Kecuk menambahkan deflasi tertinggi terjadi di kota Manokwari -1,09 persen, sementara terendah Gunung Sitoli, Bogor, Luwuk dan Buruk Kumba sebesar -0,01 persen. Sebaliknya inflasi tertinggi terjadi di Timika 1,45 persen dan yang terendahnya ada di Banyuwangi dan Jember sebesar minus 0,01 persen.
Baca Juga: Pegawai BPS Dibacok saat ke ATM BNI, Kepala Robek
Dengan hasil tersebut, maka tingkat inflasi tahun kalender Januari sampai dengan Juli 2020 sebesar 0,98 persen sementara inflasi tahunan adalah sebesar 1,54 persen.
Sehingga kata dia penyebab utama laju deflasi ebesar 0,10 persen disebebakan oleh masih rendahnya daya beli masyarakat sehingga menurunkan harga beberapa komoditas.
"Dan kalau kita lihat deflasi cukup dalam karena penurunan beberapa komoditas bahan pangan bawang merah, bawang putih," pungkasnya.