Suara.com - Harga emas melonjak ke rekor tertingginya karena investor mencari perlindungan dari kemungkinan perseteruan Amerika Serikat dan China bakal memukul perekonomian global yang sudah ambles akibat gempuran virus corona.
Kondisi tersebut membebani dolar AS, yang merupakan katalis positif bagi emas.
Mengutip CNBC, Selasa (28/7/2020) harga emas di pasar spot mencapai rekor tertinggi 1.945,16 dolar AS per ounce, dan melambung 1,8 persen menjadi 1.934,62 dolar AS per ounce.
Sedangkan emas berjangka Amerika Serikat ditutup meroket 1,8 persen menjadi 1.931 dolar AS per ounce.
Baca Juga: Jelang Idul Adha Harga Emas di Aceh Naik Nyaris Rp 3 Juta per Mayam
Perak juga menguat, melejit sebanyaknya 8 persen menjadi 24,57 dolar AS per ounce, level tertinggi sejak Agustus 2013, dan terakhir menguat 6,9 persen menjadi 24,31 dolar AS per ounce.
Emas meroket 28 persen sepanjang tahun ini, menandai pergeseran dari sebelum pandemi, ketika emas harus bersaing dengan safe haven lain seperti dolar, terutama di tengah-tengah ketegangan China-AS, yang membatasi capital inflow.
China mengambil alih konsulat AS di Chengdu sebagai balasan atas penutupan konsulat China di Houston, Texas, pekan lalu.
Petinggi Senat Amerika dari Partai Republik diperkirakan mengungkap paket bantuan virus corona senilai 1 triliun dolar AS atau setara Rp 14.000 triliun.
Investor juga akan mengawasi pertemuan The Fed yang dimulai Selasa, di mana dapat menandai perubahan kebijakan akomodatif lainnya.
Baca Juga: Fadli Zon Desak Keraton Jogja Tagih 57 Ton Emas yang Pernah Dijarah Rafless
Emas yang tidak memberikan imbal hasil dianggap sebagai lindung nilai terhadap inflasi dan penurunan nilai mata uang, dengan analis juga menunjuk aliran besar-besaran menuju ETF emas sebagai pendorong di balik reli logam kuning.