Butuh Waktu 4 Bulan Bangkitkan Ekonomi Indonesia Pasca Pandemi

Kamis, 23 Juli 2020 | 14:46 WIB
Butuh Waktu 4 Bulan Bangkitkan Ekonomi Indonesia Pasca Pandemi
Pengamat ekonomi, Aviliani. (www.fiskal.depkeu.go.id)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pemerintah sudah menjalankan fase new normal untuk mempercepat penanganan Covid-19 dalam aspek kesehatan dan sosial-ekonomi. Meski begitu penerapan new normal tidak serta merta langsung bisa mengangkat perekonomian masyarakat.

Ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Aviliani mengatakan, butuh waktu hingga 3 sampai 4 bulan lamanya agar ekonomi mulai terasa bangkit kembali.

"Kita lihat new normal ini masyarakat kita belum otomatis pendapatan naik jadi biasanya. Butuh time lag 3 bulan atau 4 bulan kalau mau lihat ekonomi tumbuh atau tidak kemungkinan bulan September," kata Aviliani dalam acara webinar bertajuk 'Tantangan Menata Arsitektur Sektor Keuangan di Tengah Pandemi Global' yang diselenggarakan Indef, Kamis (23/7/2020).

Kembalinya masyarakat beraktivitas secara normal ini diharapkan akan kembali menggerakkan kegiatan perekonomian nasional, yang merosot akibat Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

Baca Juga: Jokowi Bicara Ekonomi Global: Tak Semakin Mudah, Tapi Makin Sulit

Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, kondisi ekonomi Indonesia pada kuartal II 2020 akan semakin babak belur dihajar Virus Corona. Lantaran itu, dirinya berusaha terus mengantisipasi dampak negatif agar ekonomi tak semakin jatuh.

"Kuartal II kita harus antisipasi lebih dalam lagi jatuhnya," katanya.

Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini menambakan, sepanjang kuartal I, Ekonomi Indonesia sudah jatuh cukup dalam dan hanya mampu tumbuh 2,97 persen saja.

Tak hanya itu, konsumsi masyarakat Indonesia juga jatuh cukup dalam. Dari data Badan Pusat Statistik (BPS) pada kuartal I ini daya beli masyarakat anjlok cukup dalam sebesar 2,84 persen, padahal di kuartal sebelumnya angkanya masih di atas 5 persen.

"Kalau tahun lalu kan konsumsi itu Rp 9.000 triliun lebih, Pulau Jawa 55 persen lebih dari Rp 5.000 triliun, sekarang kalau Rp 5.000 triliun di rumah ya tidak akan sampai, memang dampaknya berat bangat dalam kuartal II," ungkap Sri Mulyani.

Baca Juga: Ancaman Resesi Ekonomi: Mampukah Indonesia Bertahan?

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI