Suara.com - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menyebut defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) pada semester I 2020 merupakan yang terburuk sejak 2016, angka defisit ini merupakan imbas pandemi virus corona atau Covid-19.
Pada semester I-2020, defisit anggaran tercatat sebesar Rp 257,8 triliun atau 1,57 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB).
"Defisit anggaran Rp 257,8 triliun itu kalau dibandingkan 2016, dari sisi persentase terhadap GDP lebih rendah," kata Sri Mulyani dalam konfrensi pers APBN Kita, secara virtual Senin (20/7/2020).
Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini menjabarkan pada semester I tahun 2016 defisit APBN mencapai Rp 230,7 triliun. Kala itu pemerintah melakukan berbagai penyesuaian (adjustment) sehingga defisit anggaran bisa dikendalikan.
Baca Juga: Kemenhan Jelaskan Temuan BPK Soal APBN Rp 48 M Mengalir ke Rekening Pribadi
Sementara untuk tahun ini, pemerintah memperkirakan defisit akan semakin melebar karena belanja pemerintah yang meningkat tapi disisi lain penerimaan negara juga tak maksimal.
"Di tahun ini kita akan melihat defisitnya akan melebar karena memang pada semester II nanti kita akan melihat belanja-belanja akan meningkat. Ini seiring dengan kebutuhan untuk penanganan covid-19," katanya.
Hingga semester I-2020 ini penerimaan negara tercatat hanya Rp 811,2 triliun atau tumbuh minus 9,8 persen dari tahun lalu. Penerimaan negara baru mencapai 47,7 persen dari target dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 72 Tahun 2020 sebesar Rp 1.699,9 triliun.
Sementara itu, belanja negara telah mencapai Rp 1.068,9 triliun atau naik tipis sebesar 3,3 persen dari periode sama tahun lalu. Belanja negara tercatat baru 39 persen dari alokasi dalam Perpres 72 Tahun 2020 sebesar Rp 2.739,2 triliun.
Baca Juga: Pendapatan Negara Jeblok, APBN Defisit Rp 257,8 Triliun