Ekonomi Indonesia Terancam Resesi, Begini Analisis Faisal Basri

Minggu, 19 Juli 2020 | 12:32 WIB
Ekonomi Indonesia Terancam Resesi, Begini Analisis Faisal Basri
Ekonom senior Faisal Basri [suara.com/Kurniawan Mas'ud]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pandemi Covid-19 benar-benar memporakporandakan ekonomi global termasuk juga Indonesia. Banyak negara yang sudah mengalami kejatuhan menuju resesi akibat pandemi ini, seperti Singapura karena dua triwulan berturut-turut mengalami kontraksi alias pertumbuhan produk domestik bruro (PDB) negatif.

Lantas bagaimana dengan Indonesia, apakah bakal menyusul negeri Singa tersebut?

Ekonom senior Faisal Basri punya prediksi tersendiri, mengutip catatannya di laman resmi miliknya faisalbasri.com Minggu (19/7/2020), dia bilang Indonesia insyaallah tidak akan masuk ke jurang resesi ekonomi.

"Apakah Indonesia bakal mengalami derita sangat dalam seperti Singapura? Insyaallah tidak," kata Faisal.

Baca Juga: Rizal Ramli Kepret Sri Mulyani, Sebut 'Menteri Terbalik' Bukan Terbaik

Menurut dia, Indonesia beruntung karena peranan ekspor barang dan jasa relatif rendah dan jauh lebih rendah dari Singapura, hanya 18,4 persen. Sementara itu, peranan impor hampir sama dengan peranan ekspor, yaitu 18,9 persen. Kebetulan juga impor merosot lebih dalam dari impor.

"Jadi kemerosotan perdagangan luar negeri (ekspor dan impor) justru positif buat pertumbuhan ekonomi sehingga memberikan sumbangsih dalam meredam kemerosotan pertumbuhan," papar Faisal.

Faisal lantas membandingkan Indonesia dengan negara ASEAN lainnya, di mana ia bilang Indonesia masih jauh lebih beruntung.

Malaysia dan Thailand, misalnya, diprediksi mengalami kontraksi karena peranan perdagangan luar negerinya relatif tinggi dan jauh lebih tinggi dari Indonesia, tetapi jauh lebih rendah dari Singapura.

Peranan ekspor dan impor di Malaysia masing-masing 65 peren dan 58 persen; sedangkan di Thailand 60 persen dan 51 persen. Vietnam, meskipun peranan ekspor dan impornya tiga digit (di atas 100 persen), diperkirakan terhindar dari resesi atau masih bisa tumbuh positif karena ditopang oleh investasi yang tidak anjlok tajam dan konsumsi rumah tangga serta konsumsi pemerintah yang masih tumbuh positif.

Baca Juga: RR Sebut Menteri Jokowi Tak Punya Pengalaman Mengembalikan Situasi Krisis

Transaksi perdagangan Indonesia selalu terbantu jika dunia mengalami resesi maupun tatkala perekonomian Indonesia mengalami tekanan berat. Bahkan membuat current account berbalik menjadi surplus seperti pascakrisis 1998.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI