Pelaku Industri Pupuk Girang Harga Gas Turun, Produksi Jadi Efisien

Senin, 06 Juli 2020 | 11:26 WIB
Pelaku Industri Pupuk Girang Harga Gas Turun, Produksi Jadi Efisien
Distribusi Pupuk [Dok. Pupuk Indonesia].
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - PT Petrokimia Gresik, perusahaan Solusi Agroindustri anggota holding Pupuk Indonesia menyambut positif kebijakan penyesuaian harga gas bumi oleh pemerintah.

Adapun penyesuaian harga gas bumi diatur dalam Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (Kepmen ESDM) No. 89K/10/MEM/2020 tanggal 13 April 2020 tentang Pengguna dan Harga Gas Bumi Tertentu di Bidang Industri ditetapkan pada kisaran harga 6 dolar AS per MMBTU (Million British Thermal Units).

Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto meninjau pembangunan Fasilitas Produksi Amoniak dan Urea (Amorea) II PT Petrokimia Gresik di Gresik, Jawa Timur, Kamis (4/8/2016). [Dok Kemenperin]
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto saat meninjau pembangunan Fasilitas Produksi Amoniak dan Urea (Amorea) II PT Petrokimia Gresik di Gresik, Jawa Timur  [Dok Kemenperin]

Direktur Utama Petrokimia Gresik, Rahmad Pribadi mengapresiasi kebijakan Kementerian ESDM ini. Ia menyebutkan bahwa gas bumi merupakan bahan baku utama untuk memproduksi pupuk bersubsidi jenis Urea, ZA, dan NPK.

"Dengan demikian, penurunan harga gas bumi ini akan berdampak pada sektor pertanian dan ketahanan pangan nasional," ujar Rahmad Pribadi dalam keterangan tertulis, pada Senin (6/7/2020).

Baca Juga: 6 Anak Usaha Pupuk Indonesia Ditargetkan Raih Sertifikasi Anti Penyuapan

Lebih lanjut Rahmad Pribadi mencontohkan, bahwa porsi gas bumi untuk produksi pupuk Urea mencapai 70 persen. Sementara harga gas bumi yang selama ini diperoleh Petrokimia Gresik dari sejumlah pemasok cukup tinggi, rata-rata di angka 7,45 dolar AS per MMBTU.

"Harga 7,45 dolar AS per MMBTU ini cukup tinggi jika dibandingkan dengan pabrik pupuk lainnya di Indonesia. Dan sangat tinggi jika dibandingkan dengan negara lainnya di Asia Tenggara seperti Vietnam, Malaysia, dan lain sebagainya," jelas Rahmad Pribadi.

Ia memproyeksikan efisiensi biaya produksi pupuk Urea, ZA, dan NPK Petrokimia Gresik akan mencapai Rp743,97 miliar per tahun, yang juga berdampak pada penurunan biaya subsidi pupuk yang harus dibayarkan pemerintah.

Meskipun kisaran harga 6 dolar AS per MMBTU ini masih di atas harga gas bumi di negara lain (3-4 dolar ASper MMBTU), Rahmad tetap optimistis penurunan harga ini sudah sangat membantu meningkatkan efisiensi perusahaan dalam menghadapi persaingan global. Efisiensi ini sejalan dengan program transformasi bisnis yang digalakkan oleh Petrokimia Gresik sejak 2019.

"Dalam program transformasi bisnis, kami juga berupaya maksimal menekan biaya non gas bumi hingga lebih rendah dari rata-rata industri serupa di Indonesia dan China. Ini kami lakukan untuk mengimbangi tingginya harga gas selama ini," imbuh Rahmad Pribadi.

Baca Juga: Pupuk Indonesia Bagi-bagi Sembako ke Warga Kemanggisan Jakbar

Terakhir, dengan adanya kebijakan penurunan harga gas bumi, Petrokimia Gresik berharap dapat mewujudkan sasaran program transformasi bisnis, yaitu mendukung program ketahanan pangan nasional, sekaligus menjadi market leader dan dominant player untuk solusi agroindustri.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI