Suara.com - Seluruh maskapai penerbangan di dunia kini benar-benar dalam situasi yang sulit akibat pandemi Covid-19. Tak terkecuali bagi PT Garuda Indonesia Persero (GIAA) yang juga kena getahnya.
Jumlah penumpang merosot drastis, momentum untuk meningkatkan revenue telah hilang, seperti saat mudik yang biasanya membludak (peak season) dan terakhir angkutan haji yang dibatalkan Pemerintah.
Karena situasi yang sulit ini, tak heran bila alat-alat produksi tidak beroperasi, atau terpaksa dihentikan. Ditaksir 70 persen pesawat di-grounded, dan karyawan, termasuk pilot dirumahkan sementara.
Kendati berada di tengah situasi sulit, Garuda Indonesia terus berbenah diri. Ada sejumlah langkah yang dilakukan. Pertama, intensif melakukan riset kepada customer.
Baca Juga: Penumpang Garuda Positif Corona hingga Dirut Merespons, Begini Kronologinya
“Karena kami harus melakukan apa yang disebut understanding the customer,” ungkap Irfan Setiaputra, CEO Garuda Indonesia dalam acara webinar Indonesia Brand Forum 2020 (IBF 2020) seperti ditulis Kamis (2/7/2020).
Dari sana, katanya, ditemukan sejumlah insight, diantaranya customer menomorsatukan keamanan dan kenyamanan, di atas harga dan skedul, juga fasilitas dalam pesawat.
Langkah kedua, dia melanjutkan, berangkat dari temuan-temuan tersebut, Garuda Indonesia berupaya win back the customer dengan brand campaign yang menyatakan bahwa terbang dengan Garuda sangatlah aman dan nyaman.
“Intinya, tak perlu khawatir karena kami sangat memperhatikan protokol kesehatan berkoordinasi dengan pengelola bandara. Persepsi brand Graruda sangat kuat di sini,” Irfan menambahkan.
Dia juga mengungkap bahwa hakikat industri penerbangan adalah “industri kebahagiaan”. Jadi, penumpang yang masuk harus merasa nyaman dan aman, sekalipun diberlakukan protokol kesehatan yang ketat. Dan itulah yang dijaga Garuda.
Baca Juga: AP 1 Sebut Pesawat Garuda Keluar Landasan Pacu di Bandara Sultan Hasanuddin
Langkah ketiga adalah mengupayakan penambahan revenue dengan memaksimalkan alat produksi (pesawat). Konkritnya dengan menempatkan kargo di kursi penumpang. Hal ini pun sudah disetujui pihak Pemerintah.
“Intinya kami melakukan adjustment agar bisnis tetap berjalan,” Irfan mengungkapkan.
Lewat langkah menempatkan kargo, itu artinya Garuda melakukan penyesuaian dengan masuk ke ekosistem logistik, bukan semata ekosistem turisme atau travelling seperti kesan selama ini.
Sekalipun para analis penerbangan memperkirakan industri penerbangan di seluruh dunia baru akan pulih pada 2022, Irfan memaparkan bahwa perusahaan maskapai tak bisa mengeluhkan keadaan. Langkah-langkah yang dilakukan di atas, merupakan bagian dari upaya manajemen Garuda untuk terus bersiasat.
“Saya tetap optimistis Garuda akan bangkit. Yang perlu dicatat, hingga sekarang Garuda tetap terbang! Dan hingga sekarang terus menunjukkan peningkatan. Salah satu yang juga menjadi alasan optimisme adalah lewat survei internal, kami juga menemukan brand kami, aset kami, ternyata tetap diapresiasi dan membuat customer bangga. Ini yang akan terus kami jaga dan kampanyekan,” pungkas Irfan.