Suara.com - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat laju inflasi Juni 2020 sebesar 0,18 persen, meski terbilang masih cukup rendah inflasi ini jauh lebih baik jika dibandingkan dengan inflasi bulan sebelumnya yang hanya 0,07 persen.
Kepala BPS Kecuk Suhariyanto mengungkapkan, naiknya laju inflasi ini kemungkinan besar dikarenakan kebijakan pemerintah yang telah melonggarkan aktivitas sosial masyarakat usai Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) untuk menekan penyebaran virus corona atau Covid-19.
"Analisis data yang menunjukkan mulai terjadi peningkatan mobilitas peningkatan aktivitas masyarakat sesudah ada pelonggaran, jadi sejatinya pelonggaran PSBB kemarin ada peningkatan aktivitas masyarakat," kata Kecuk dalam konferensi pers secara virtual di Jakarta, Rabu (1/7/2020).
Meski ada peningkatan aktivitas sosial masyarakat, Kecuk berharap masyarakat tetap mematuhi protokol kesehatan yang ada, agar penyebaran virus corona bisa terus ditekan dan dihilangkan.
Baca Juga: Klaim untuk Edukasi, Banyak Pelanggaran PSBB saat CFD Jakarta di 32 Jalan
"Kita harapkan mereka tetap mematuhi protokol kesehatan," katanya.
Adapun kata dia, andil inflasi Juni 2020 ini disumbang oleh sejumlah kelompok barang. Di antaranya yaitu kelompok makanan, minuman, dan tembakau yang mengalami 0,12 persen dan memberikan andil terbesar pada inflasi Juni 2020 yaitu 0,47 persen.
Pertama kenaikan harga daging ayam ras yang memberikan andil inflasi 0,14 persen. Menurut Suhariyanto, kenaikan terjadi di 86 kota.
"Daging ayam ras menjadi penyumbang utama inflasi Juni 2020," kata dia.
Selain daging ayam ras, andil terbesar kedua yaitu telur ayam ras 0,04 persen.
Baca Juga: Tunggu Data, Anies Masih Ogah Umumkan Nasib PSBB Jakarta
Sementara inflasi Mei 2020 didorong oleh sejumlah kelompok barang. Tertinggi yaitu kelompok transportasi sebesar 0,87 persen. Kemudian diikuti kelompok kesehatan mengalami kenaikan sebesar 0,27 persen.