Meski demikian, Dihar menilai ada bahaya di balik kekuatan branding ala Iron Man. Meski secara publisitas mampu menarik perhatian, tetapi, menurutnya, branding tersebut terlihat dibuat-buat atau dipaksakan. Apalagi jika tidak disertai dengan konsistensi.
“Banyak yang terjebak hanya di publisitas, namun luput memperhatikan konsistensi dan intergritas, sehingga pada akhirnya malah menjadi cemoohan public,” ujar dia.
Mencitrakan diri sebagai seseorang yang kontroversial, kata Dihar, memang mendatangkan pro dan kontra. Menciptakan gelombang antara ‘lovers’ dan ‘haters’ di masyarakat. Namun, jika branding tersebut di kemudian hari terbukti tidak konsisten dan sesuai, maka gelombang ‘haters’ akan semakin kencang.
"Sah-sah saja mencitrakan diri seperti seorang Iron Man, asalkan memang kondisi yang sebenarnya sesuai dengan yang dicitrakan, jika tidak demikian, akan menjadi backfire di kemudian hari, akhirnya malah menghancurkan brand yang sudah susah payah dibangun,” ujar Dihar.
Baca Juga: Pakar Digital Branding Soegimitro: Keke Bukan Boneka, Jenius yang Dihujat