Suara.com - Setelah menuai polemik di kalangan warga, sebanyak 156 orang WNA (Warga Negara Asing) gelombang pertama dari 500 TKA China tiba di Bandara Haluoleo, Provinsi Sulawesi Tenggara.
Sebanyak 156 WNA ini merupakan TKA China yang akan bekerja di PT Virtue Dragon Nickel Industri (VDNI) dan PT Obsidian Stainless Stell (OSS) yang berada di Morosi Kabupaten Konawe.
Konon ratusan pekerja asing ini merupakan pekerja ahli yang akan menyelesaikan pembangunan 33 tungku smelter di Morosi, diharapkan dari datangnya pekerja ahli ini bisa menelurkan transfer teknologi dan transfer ilmu yang disyaratkan pemerintah.
Hal ini pun diakui oleh karyawan PT Virtue Dragon Nickel Industry (VDNI) yang kemampuannya bertambah sejak bekerja di perusahaan tersebut.
Baca Juga: TKA China yang Masuk ke Sultra Pakai Visa Kerja
“Waktu enam bulan bekerja di VDNI, perusahaan membuat program mengirim karyawan ke China untuk belajar bahasa mandarin, teknik smelter dan lain-lain. Kita ke sana belajar sekitar satu tahun,” ujar Sukal Septi Sari, Translator Penanggung Jawab Teknik dan Lapangan dalam keterangannya, Senin (29/6/2020).
Septi yang sudah bekerja di VDNI selama lebih dari dua tahun merasakan sendiri manfaat dari diberlakukannya sistem transfer teknologi atau transfer ilmu yang diterapkan perusahaan.
“Kemampuan mandarin saya bertambah. Pengetahuan mengenai dunia smelter juga bertambah,” tambahnya.
Transfer teknologi ini pula yang manfaatnya dirasakan langsung oleh karyawan lain, Ruli Darmadi yang bekerja sebagai koordinator smelter 1, 2 dan 3 di PT VDNI. Ruli adalah warga asli Morosi yang bekerja sejak tahun 2016 dan saat ini bertugas untuk mengawasi kelancaran produksi, mulai dari karyawan hingga alat-alat yang digunakan.
“Kami di sini bekerja dengan TKA asal China, yang otomatis kedisiplinannya sangat tinggi. Lalu yang tadinya kami tidak tahu apa itu pabrik nikel, sekarang karyawan Indonesia sudah mulai bisa. Walaupun kami belum menguasai 100 persen, tapi kami diajarkan dan dituntut untuk terus belajar,” terangnya.
Baca Juga: Mendarat di Bandara Haluoleo, 156 TKA China Dikawal Ketat Polisi dan TNI
Menurutnya, perbandingan pekerja asing dan Indonesia saat ini dengan dulu sudah jauh menurun. Pada masa awal pembangunan pabrik, perbandingan TKA asal China dengan Indonesia dikatakannya hampir merata.
“Tapi saat ini alhamdulillah karena sudah banyak karyawan Indonesia yang belajar sistem produksinya, mungkin sekarang tinggal 20 persen TKA dan 80 persen pekerja lokal. Karena ada alat-alat yang kami juga belum bisa tangani, jadi kami masih butuh teknisi-teknisi untuk membantu dan mengajarkan,” ujar Ruli.