Defisit APBN Bengkak, Ketum HMS Center: Sri Mulyani Harus Tanggung Jawab

Iwan Supriyatna Suara.Com
Rabu, 24 Juni 2020 | 08:25 WIB
Defisit APBN Bengkak, Ketum HMS Center: Sri Mulyani Harus Tanggung Jawab
Ketua Umum Gerakan Hidupkan Masyarakat Sejahtera (HMS) Center, Hardjuno Wiwoho. (Dok: HMS Center)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Namun, pelebaran defisit APBN tahun ini terjadi karena pemerintah membutuhkan dana yang besar untuk penanggulangan dampak pandemi Covid-19.

Salah satu peruntukannya yaitu program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) sebesar Rp 695,2 triliun.

Menurut Hardjuno, peningkatan defisit ini disebabkan Menteri Keuangan (Menkeu) tidak menghitung alokasi anggaran untuk pemulihan ekonomi atau untuk covid secara akurat.

Akibat, tahun ini, alokasi anggaran dan program menumpuk pada APBN 2020 ini.

Baca Juga: Sri Mulyani Ngeluh Koordinasi Pusat dan Daerah Sering Tak Sinkron

Yang lebih mengherankan lagi lanjut Hardjuno, ada program pemerintah yang justru tidak berkaitan dengan covid-19 atau pemulihan ekonomi.

Namun diikutsertakan dalam program pemulihan ekonomi. Misalnya, dana talangan buat BUMN seperti Garuda dan BUMN lainnya. Padahal sebetulnya, keuangan BUMN sudah jelek sebelum covid 19, tetapi dimasukan dalam APBN covid-19.

“Makanya, jangan heran kalau defisit APBN membengkak. Dan saya kira, Menkeu Sri Mulyani harus tanggung jawab sebagai bendahara negara,” tuturnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI