Suara.com - Bank Indonesia (BI) memprakirakan pertumbuhan ekonomi (PE) pada tahun 2020 hanya 0,9 persen - 1,9 persen. Prakiraan ini turun dibandingkan prakiraan BI sebelumnya yang sebesar 2,3 persen.
Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, prakirakan pertumbuhan itu didorong dari kegiatan ekspor yang menurun sejalan dengan kontraksi perekonomian global.
Selain itu, konsumsi rumah tangga dan investasi juga ikut menurun, sejalan dampak kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang mengurangi akitivitas ekonomi.
"Perkembangan bulan Mei 2020 mengindikasikan tekanan terhadap perekonomian domestik mulai berkurang. Kontraksi ekspor terlihat tidak sedalam prakiraan sebelumnya sejalan peningkatan permintaan dari China," ujar Perry dalam video conference di Jakarta, Kamis (18/6/2020).
Baca Juga: Target Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2021 Dinilai Masih Terlalu Tinggi
Perry juga memprakirakan, pertumbuhan ekonomi pada kuartal II juga akan ikut menurun dibanding kuartal I yang sebesar 2,97 persen.
Namun, ia tak merinci berapa angka prakiraan pertumbuhan ekonomi pada kuartal II.
Kendati demikian, Perry melihat pemulihan ekonomi akan terjadi pada kuartal III. Ini sejalan dengan mulai dibukanya kembali kegiataan ekonomi di masa PSBB transisi.
"Pertumbuhan ekonomi kembali meningkat pada kisaran 5 persen - 6 peesen pada 2021 didorong dampak perbaikan ekonomi global dan stimulus kebijakan Pemerintah dan Bank Indonesia," pungkas Perry.
Baca Juga: Bank Indonesia Sebut Corona Biang Kerok Perlambatan Ekonomi