Suara.com - PT Pembangkitan Jawa Bali (PT PJB) meluncurkan pilot project pertama yang mengkostumisasi pengelolaan pembangkit dengan biaya pokok yang lebih kompetitif melalui Reliable And Efficient Powerplant Management (RE-FORGE), untuk pembangkit di bawah 50 Megawatt (MW).
Direktur Utama PT PJB, Iwan Agung Firstantara menyampaikan, dengan diluncurkannya RE-FORGE, model bisnis pengelolaan unit pembangkit menjadi lebih terpusat dan tidak ada redundansi proses.
Selain itu, analisa akan dilakukan secara terpusat oleh para expertise di bidang pembangkit sehingga analisa pun menjadi lebih akurat.
"Berangkat dari hal inilah maka PT PJB menjadi yang pertama di Indonesia untuk menjawab tantangan tersebut melalui RE-FORGE. Sebuah konsep kustomisasi pengelolaan pembangkit untuk unit pembangkit dengan kapasitas yang relatif kecil (<50 MW) yang menjadi bagian dari Standardisasi Produk 2.0," kata Dirut PT PJB, Iwan Agung Firstantara dalam keterangannya, Selasa (16/6/2020).
Baca Juga: Tagihan Listrik PLN Naik Drastis, Pemerintah Buka Aduan Online
Kehadiran konsep kustomisasi RE-FORGE akan memberikan keunggulan bagi unit pembangkit PT PJB maupun pembangkit-pembangkit dari IPP lainnya.
Karena, selain mengefisiensikan proses bisnis yang kompleks, RE-FORGE juga dapat mengoptimalkan kapabilitas SDM, dan menyederhanakan pola komunikasi antara PT PJB, PJB Services (selaku anak perusahaan yang mengelola unit jasa operation & maintenance) dan unit pembangkit menjadi lebih sederhana.
Iwan Agung Firstantara menambahkan, RE-FORGE tidak hanya menjadi jawaban terhadap tantangan yang ada namun juga menjadi salah satu cara dalam menyelaraskan program dengan Strategic Inisiative Grand Strategy PT PJB yang akan diangkat selama lima tahun ke depan.
Di mana salah satunya merujuk pada rencana implementasi digitalisasi monitoring dan evaluasi untuk semua pembangkit PT PJB (existing dan UBJOM) dan IPP.
Adapun untuk pengimplementasian RE-FORGE, PT PJB melaksanakan peresmian secara virtual untuk Go-Live RE-FORGE PLTU Tembilahan yang dihadiri oleh Wiluyo Kusdwiharto selaku Direktur Bisnis Regional Sumatera dan Kalimantan PT PLN (Persero), Supriyadi selaku EVP Operasi Regional Sumatera PT PLN (Persero), Mukhtar selaku EVP Operasi Regional Kalimantan PT PLN (Persero), serta jajaran Direksi PT PJB.
Baca Juga: Heran, Meteran Listrik PLN Masih Dicatat Manual Padahal Sudah Era Digital
Kelak, PLTU Tembilahan sebagai Pilot project dari RE-FORGE ini akan menggunakan aplikasi Maximo sebuah aplikasi Enterprise Asset Management yang telah dikostumisasi sesuai dengan BMS RE-FORGE. Aplikasi Maximo sendiri sudah umum digunakan dalam Pembangkit Listrik namun kostumisasinya berbeda dengan RE-FORGE.
“Implementasi RE-FORGE akan memberikan bantuan terhadap pembangkit-pembangkit berkapasitas kecil terutama dalam meningkatkan keandalannya,” Ucap Wiluyo Kusdwiharto, Direktur Bisnis Regional Sumatera dan Kalimantan PT PLN (Persero).
Jika tidak ada aral yang melintang, ke depan PLTU Bangka, PLTU Belitung, PLTU Bolok, serta PLTU Ropa juga akan menjadi unit yang selanjutnya mengimplementasikan konsep RE-FORGE.
RE-FORGE ini mengambil konsep waralaba yang berkembang di Indonesia. kelak, pemilik pembangkit tidak perlu direpotkan untuk mengurusi perancanaan, supervise enginering, sampai mengatur supply chain yang harus dilakukan. Karena hal-hal tersebut secara terpusat dan terkendali akan dilaksanakan oleh PT PJB.
Tentunya hal ini dapat berdampak kepada lebih fokusnya pemilik pembangkit pada pengoperasional pembangkit saja, sehingga akan mengurangi jumlah SDM yang diperlukan dan akan berimbas kepada penghematan biaya jangka panjang.