Suara.com - Harga minyak dunia anjlok hampir 8 persen, karena sentimen jumlah kasus positif Covid-19 di Amerika Serikat (AS) tembus 2 juta jiwa atau mengalami peningkatan setelah lima pekan penurunan.
Mengutip Xinhua, Jumat (12/6/2020) minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, ditutup merosot 3,18 dolar AS atau 7,6 persen, menjadi 38,55 dolar AS per barel.
Sedangkan untuk patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI), melorot 3,26 dolar AS atau 8,2 persen, menjadi 36,34 dolar AS per barel. Brent dan WTI membukukan penurunan harian terburuk, masing-masing sejak 21 dan 27 April.
Pelemahan meluas ke kelas aset lainnya. Pasar ekuitas turun, dengan Indeks S&P 500 jatuh 4 persen pada hari itu, sementara obligasi US Treasury menguat.
Baca Juga: Ada yang Goreng AirPods dalam Minyak Panas, Warganet: Jiwa Miskinku Meronta
The Fed mengatakan, pengangguran di AS akan mencapai 9,3 persen pada akhir 2020 dan membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk turun kembali, sementara suku bunga diperkirakan tetap mendekati nol setidaknya sampai tahun depan.
Jika permintaan tidak pulih, penyuling dan shipper AS akan mengalami kelebihan pasokan lebih lanjut. Persediaan minyak mentah AS naik tak terduga sebesar 5,7 juta barel, pekan lalu, ke rekor 538,1 juta barel, sebagian besar didorong impor dari Arab Saudi, menurut data pemerintah.
Stok bahan bakar AS juga meningkat lebih dari perkiraan menjadi 258,7 juta barel. Persediaan produk penyulingan, meliputi solar dan minyak pemanas, melonjak 1,6 juta barel, meski kenaikannya lebih kecil dari minggu-minggu sebelumnya.