Suara.com - Dalam laporan terbarunya, Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) menyebut, perdagangan dunia diperkirakan bakal anjlok antara 13 sampai dengan 32 persen akibat pandemi virus corona atau Covid-19.
Menanggapi hal ini Kementerian Perdagangan (Kemendag) pun sudah ambil ancang-ancang atas laporan teranyar WTO tersebut.
Plt. Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kemendag Srie Agustina mengakui adanya kelesuan aktivitas perdagangan dunia akibat pandemi virus corona.
Meski begitu kata dia kinerja ekspor Indonesia selama Januari-April 2020 masih mencatatkan surplus sebesar 2,2 juta dolar AS.
Baca Juga: DPR Kirim Delegasi Organisasi Perdagangan Dunia ke Belgia
"Ternyata surplus ini disumbang bahwa ekspor ke dunia mencapai 53,95 miliar dolar AS naik tipis sebanyak 0,44 persen secara tahunan atau YoY, namun impor mengalami penurunan 7,78 persen dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya dengan total 51,71 miliar dolar AS,"kata Srie dalam konfrensi pers melalui video teleconference di Jakarta, Senin (8/6/2020).
Meski ekspor mengalami surplus, tapi kegiatan impor menurun cukup dalam yakni sebesar 18,6 persen secara tahunan. Penurunan yang curam terjadi pada impor migas 46,83 persen, sementara impor non-migas nya juga turun tetapi jauh lebih landai yaitu turun sebesar 0,53 persen pada April 2020 ini.
Bila impor Indonesia digolongkan dalam penggunaan barang, pada periode Januari-April 2020 terdiri dari bahan baku sebesar 75,5 persen , barang modal dan konsumsi masing-masing 15,1 persen dan 9,4 persen dari total impor.
Adapun untuk nilai impor bahan baku selama Januari sampai April 2020 mencapai 39,05 miliar dolar AS atau turun 7,3 persen dibandingkan tahun lalu. Sementara impor barang modal turun 14,1 persen, dan untuk impor barang konsumsi tidak begitu mengalami perubahan dibandingkan periode tahun lalu.
"Kalau kita lihat impor di April 2020 ternyata menurun cukup dalam sebesar minus 18,6 persen," ujar Srie.
Baca Juga: IMF Perkirakan Perdagangan Dunia Kuartal I 2019 Paling Lambat Sejak 2012
"Perlu kita waspadai karena menunjukkan kegiatan industri dalam negeri tidak terlalu bergerak dan kemungkinan terganggu," pungkasnya.