Suara.com - Lloyd’s List Inteligent melaporkan penyimpanan minyak terapung mencapai rekor tertinggi dalam sejarah saat ini. Karena lebih dari 275 juta barel minyak yang dilacak oleh Lloyd’s List Intelligence terdapat pada 239 kapal tanker yang berlabuh selama lebih dari 20 hari.
"Penyimpanan minyak dalam volume terbesar dalam sejarah akibat tingginya produksi minyak dan penurunan konsumsi minyak mengakibatkan pendapatan 2,800 kapal tanker terbesar pengangkut sekitar 3.2 miliar ton minyak mentah per tahun terjaga dari penurunan pendapatan dan permintaan," demikian ditulis Market Editor Lloyd’s List, Michelle Wiese dari London seperti dikutip Suara.com, Jumat (5/6/2020).
Penyimpanan minyak terapung melonjak ke puncak baru, walau permintaan minyak meningkat kembali dengan muatan minyak mentah dari Venezuela dan Amerika Serikat yang tidak terjual mengapung di Afrika Selatan dan Singapura yang semakin menambah gangguan pasar.
Menurut Wiese, angka penyimpanagan minyak tersebut berkurang menjadi 207,7 juta barel setelah tonase yang dikuasai atau dimiliki Iran dihapus karena tidak dapat diperdagangkan, dan dikenakan sanksi oleh Amerika Serikat secara sepihak. Angka tersebut mencakup tanker jenis Long Range (LR) dan Suezmax, serta kapal VLCC (Very Large Crude Carrier).
Baca Juga: Arab dan Rusia Sepakat Pangkas Produksi, Harga Minyak Terus Naik
Adapun, minyak yang terapung itu terdiri dari 32,6 juta barel adalah produk olahan dalam penyimpanan seperti bensin, diesel atau bahan bakar jet, sementara sisanya adalah minyak mentah, kondensat atau bahan bakar.
Kendati begitu, permintaan untuk kapal tanker saat ini masih ada, walau ada pemotongan ekspor minyak mentah selama bulan Mei dan Juni.
Meskipun harga minyak mentah telah kembali naik, tetapi hal tersebut belum meredakan gangguan pasar sehingga membuat penimbunan minyak di darat meningkat drastis dan menimbulkan penundaan pembongkaran muatan, yang lagi-lagi meningkatkan volume minyak yang harus ditampung di kapal tanker minyak.
Banyaknya minyak terapung membuat tersendatnya logistik terbesar wilayah Asia, di mana 51 juta barel dilacak dalam kapal tanker minyak yang berlabuh di luar perairan Singapura dan Malaysia.
Selain dari itu, berdasarkan data Lloyd’s List Intelligence, sekitar 19,2 juta barel berada di lepas pantai Afrika Barat. Dari jumlah tersebut, 26 dari 34 kapal tanker yang terlacak sedang mengangkut produk olahan minyak.
Baca Juga: Kutub Utara Terancam Kobaran Api akibat Kebocoran Minyak
Salah satu daerah yang paling meningkat pesat dalam penyimpanan minyak terapung saat ini berada di Teluk Saldanha di Amerika Selatan, yang sebentar lagi akan menyusul penundaan bongkar muatan di pelabuhan di sepanjang pantai Pasifik Amerika Utara selama beberapa minggu terakhir.
Berdasarkan pelacakan kapal, setidaknya lima tanker bermuatan minyak dari Amerika Selatan yang mengapung di lepas pantai Afrika Selatan - walaupun terdapat penyimpanan berbasis darat. Selain dari itu masih ada kapal-kapal lainnya bermuatan minyak berasal dari Venezuela dan negara-negara Afrika Barat seperti Nigeria, Kongo.