Australia Terancam Resesi Imbas Hantaman Covid-19 Hingga Bencana Kebakaran

Kamis, 04 Juni 2020 | 07:03 WIB
Australia Terancam Resesi Imbas Hantaman Covid-19 Hingga Bencana Kebakaran
Bendera Australia.
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Australia diperkirakan akan mengalami resesi pertamanya setelah terkena dampak dari pandemi virus corona.

Menyadur BBC, Kamis (4/6/2020), ekonomi Australia dalam tiga bulan pertama tahun 2020 mengalami penyusutan sebesar 0,3 persen.

Angka produk domestik bruto (PDB) terbaru menunjukkan bahwa perekonomian Australia tengah berjuang dari hantaman bencana kebakaran, melemahnya sektor pariwisata dan permintaan domestik yang menurun, bahkan sebelum pembatasan terkait Covid-19 dimulai.

"Ini adalah pertumbuhan paling lambat sepanjang tahun sejak September 2009, ketika Australia berada di tengah-tengah krisis keuangan global," ujar Kepala Ekonom Biro Statistik Australia Bruce Hockman.

Baca Juga: Jangan Ajak Harry Potter ke Laundry, Hal Tak Terduga Ini yang Bakal Terjadi

Menteri Keuangan Australia Josh Frydenberg mengakui bahwa negaranya kini menuju resesi dan memperkirakan kondisi bisa jauh lebih buruk.

"Perbendaharaan sedang mempertimbangkan penurunan PDB lebih dari 20 persen pada kuartal Juni. Ini adalah Armageddon versi ekonomi," kata Frydenberg dikutip dari ABC News.

"Pada kuartal ini, kuartal Maret, kepercayaan konsumen dan bisnis jatuh ke level terendah dalam catatan. ASX 200 kehilangan sepertiga dari nilai dan pada 16 Maret, terlihat penurunan harian terbesarnya adalah 9,7 persen berdasarkan catatan," kata dia.

Maret lalu, Reserve Bank of Australia memangkas suku bunga utamanya ke rekor terendah 0,25 persen. Bank sentral juga meluncurkan program pembelian obligasi tanpa batas.

Gubernur Philip Lowe mengatakan negaranya tengah menghadapi kondisi terberat sejak Depresi Besar.

Baca Juga: Best 5 Oto: Tangguhnya Rolls-Royce Cullinan, Manfaatkan Layanan SKY

"Ekonomi Australia sedang melalui periode yang sangat sulit dan mengalami kontraksi ekonomi terbesar sejak 1930-an."

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI