Sri mengatakan konsepnya memang urban farming karena memanfaatkan lahan kosong seluas 2.000 meter persegi di tepi Jalan Danau Tempe Denpasar Selatan.
Menurut Sri kalau di Bali bisa berhasil, sebenarnya cara yang sama juga dapat diterapkan bagi para pekerja yang kehilangan mata pencahariannya akibat wabah COVID-19 di Jabodetabek.
"Tidak ada salahnya untuk mencoba, yang penting tekun untuk berlatih maka hasilnya akan sukses seperti pekerja hotel di Bali ini," kata Sri.
Salah seorang petani, Agung Amertajaya mengaku hanya membutuhkan waktu setengah bulan untuk beradaptasi sebagai petani lantaran sebelumnya juga sudah terbiasa orang tuanya bertani.
Baca Juga: Menteri Pertanian Belanda Sebut Cerpelai atau Musang Bisa Tularkan Covid-19
Menurut Agung di tengah pandemi ini membuat sejumlah rekan-rekannya mengalami kesulitan karena kehilangan penghasilan sebelum akhirnya bertemu dengan Sri Sutari yang mengajak untuk bercocok tanam.
Dalam menjalankan pelatihan termasuk bercocok tanam, juga menerapkan protokol kesehatan mulai dari menjaga jarak, menggunakan masker, serta mencuci tangan setelah beraktivitas seluruhnya dijalankan.
Kemudian selama dilapangan selain melibatkan rekan-rekan sesama pekerja pariwisata juga dari keluarga serta tetangga. Sehingga pekerjaan menjadi jauh lebih ringan.
Secara terpisah Anton Apriyantono menegaskan dengan masuknya era normal baru, sektor pertanian diharapkan juga bisa menjadi jaring pengaman sosial mengingat pelatihannya tidak terlalu sulit namun dampak yang diberikan sangat besar.
Jabodetabek menjadi percontohan pertanian perkotaan meski di lahan yang sempit namun dengan optimalisasi akan memberikan panen yang melimpah.
Baca Juga: Pupuk Indonesia Pasok 750.000 Kg Beras ke ATM Pertanian Sikomandan
"Kuncinya tekun dan memiliki kemauan untuk mempelajari cara bertani," ujarnya.