Suara.com - Sejumlah pelaku dan pekerja seni di Kabupaten Aceh Barat terpaksa menjual aneka alat musik yang mereka miliki untuk bertahan hidup akibat terdampak ekonomi selama pandemi virus corona atau COVID-19.
“Setelah satu bulan tidak ada kegiatan apa pun (pertunjukan, resepsi), kami terpaksa menjual alat musik untuk membiayai kebutuhan hidup pada bulan suci Ramadan,” kata Ketua Harian Komunitas Insan Musik Se-Pantai Barat Aceh, T Nasruddin di Meulaboh, ditulis Selasa (2/6/2020).
Ia mengakui, saat ini sudah tiga alat musik yang dijual untuk membiayai kebutuhan anak dan isteri, akibat sepinya orderan jasa pertunjukan musik dari masyarakat, karena larangan aktivitas berkerumun termasuk kegiatan pesta resepsi pernikahan dari pemerintah.
Padahal, kata Nasruddin, mereka selama ini hanya menggantungkan pendapatan keluarga dari kegiatan jasa seni untuk memenuhi kebutuhan harian rumah tangga.
Baca Juga: Kebangetan! Maling Gondol Alat Musik Gereja di Kulon Progo
Untuk itu, ia bersama rekan-rekan pelaku seni lainnya di Aceh Barat agar pemerintah memberi perhatian khusus kepada pekerja seni, sehingga mereka dapat menjalankan kembali usaha mereka atau mendapatkan pekerjaan untuk bertahan hidup.
Nasruddin juga mengakui kesulitan memenuhi kebutuhan keluarga setelah semua kegiatan keramaian dilarang oleh pemerintah, sehingga mau tidak mau ia harus menjual alat usaha miliknya.
Kondisi ini juga turut dialami oleh sejumlah pekerja seni di Kabupaten Aceh Barat yang ekonominya ikut terdampak.
Meski pun demikian, T Nasruddin alias Lembhen ini juga mengakui selama pandemi COVID-19, ia mengaku baru sekali mendapatkan bantuan dari Pemerintah Kabupaten Aceh Barat sebesar Rp 250 ribu per kepala keluarga, yang diberikan beberapa waktu lalu.
Sedangkan bantuan dari pemerintah sebesar Rp 600 ribu per bulan selama tiga bulan, kata dia, hingga kini ia mengaku belum pernah mendapatkannya.
Baca Juga: Seni Bundengan, Dari Caping Petani Jadi Alat Musik Unik Mirip Gamelan
“Sudah pernah saya urus ke aparat desa, kata aparat desa pengajuan saya ditolak. Saya juga tidak mengerti mengapa bisa ditolak, karena saya ikut terdampak ekonomi selama pandemi bersama keluarga,” kata Nasruddin menambahkan.