Suara.com - Penjualan alat pelindung diri (APD) baik dari baju medis, masker dan kebutuhan medis lainnya di Bali meningkat hingga 100 persen.
"Sebelumnya kita menjual segala jenis seragam, seperti polo, kaos baju, kemeja, jaket, perlengkapan wisuda. Namun, karena pandemi, kebutuhan APD dan baju-baju medis meningkat, jadi kita memproduksinya," kata salah satu pemilik garmen di wilayah Denpasar, Bali, Luh Made Diah Ganaki Pusparani, ditulis Rabu (27/5/2020).
Ia mengatakan bahwa pengiriman APD dilakukan tidak hanya di rumah sakit wilayah Bali, melainkan sampai di Sumatera dan Papua.
Selain itu, APD yang sudah diproduksi hingga saat ini sebanyak 47.000 masker kain dan APD pengirimannya minimal 100 pcs.
Untuk proses pengerjaan dibutuhkan waktu satu sampai tiga hari dengan jumlah pekerja diantaranya untuk dalam ruangan ada 18 orang, dan di bagian luar ada 12 orang.
Dengan sistem kerja yaitu sesuai dengan aturan pemerintah jam operasional dari 10.00-21.00 wita, dengan menerapkan standar kesehatan penggunaan masker.
Kemudian, sebelum pulang mandi di tempat kerja, pengecekan suhu sebelum bekerja dan penggunaan hand sanitizer serta rutin cuci tangan setelah melakukan aktivitas-aktivitas tertentu.
"Sempat alami kerugian, karena target market di awal adalah hotel, jadi beberapa hotel mangkrak dan tidak bisa membayar piutang seragam," katanya.
Sementara itu, terkait dengan baju medis yang diproduksi adalah baju medis yang tidak steril sehingga tidak memerlukan uji medical standar dan hanya cukup untuk standar pemakaian pribadi.
Baca Juga: Unggah Foto Nakes Kenakan APD Saat Lebaran, Warganet: Ingatlah Mereka
Diah Ganaki yang juga bertugas sebagai Bendahara Umum BPC HIPMI Klungkung, mengatakan bahwa proses memproduksi baju medis ini dilakukan sejak bulan Februari 2020.