Pada tahun 2019 lalu misalnya belanja modal pemerintah hanya sekitar Rp 180 triliun, sementara belanja modal Bumn mencapai hampir Rp 500 triliun. Selain belanja modal besar, belanja rutin BUMN mencapai hampir Rp 2.000 triliun lebih.
"Besarnya capex dan opex BUMN inilah mengapa UMKM dan korporasi swasta banyak berkembang bahkan tergantung pada BUMN. Geliat BUMN juga menjadi salah satu indikator kegairahan investasi bagi korporasi maupun bagi perekonomian secara keseluruhan," kata Tungkot.
Keempat, BUMN setiap tahun menyumbang pendapatan negara berupa berbagai jenis pajak dan deviden hampir Rp 500 triliun atau sekitar 25 persen lebih dari penerimaan negara setiap tahun.
"Dengan kekuatan tersebut, jika lokomotif BUMN digerakkan akan menarik gerbang seluruh sektor sektor ekonomi nasional baik UMKM maupun korporasi di setiap daerah," ucapnya.
Baca Juga: Sri Mulyani Bayar Utang BUMN, Erick Thohir: Makasih
Bergeraknya UMKM dan korporasi di setiap sektor, meningkatkan produksi dan perdagangan barang dan jasa, peningkatan penyerapan tenaga kerja dan penciptaan pendapatan mayarakat.
"Dengan kata lain, dengan bergeraknya mesin-mesin ekonomi secara simultan, akan menghasilkan pertumbuhan ekonomi di setiap sektor dan daerah. Diharapkan dengan cara ini, pemulihan pertumbuhan akan lebih cepat terjadi," pungkasnya.