Suara.com - Teh putih memang tidak sepopuler teh hijau, teh hitam atau teh oolong, namun tetap menjadi incaran penikmat teh karena khasiatnya. Teh putih memiliki kandungan antioksidan 100 kali lebih banyak dari vitamin C dan dan 25 kali lebih efektif dari vitamin E.
Tak heran jika teh putih banyak digunakan sebagai suplemen untuk kesehatan kulit dan mencegah penuaan dini. Tidak hanya itu, kandungan antioksidan dalam teh putih juga mampu mencegah kanker, mengontrol diabetes, serta melangsingkan tubuh.
Hanya saja, proses produksinya yang tidak mudah dan memerlukan perlakuan khusus, membuat teh jenis ini langka dan harganya mahal.
Untuk menjaga keberlangsungan produksi teh kelas premium ini, terutama di masa pandemi Covid-19, Kementerian Pertanian (Kementan) mendorong pelaku usaha dan pekebun terus berkreasi mengembangkan olahan teh, sehingga memiliki nilai daya saing dan kualitas mutu yang diminati pasar lokal maupun mancanegara.
Baca Juga: Zodiak Kesehatan 25 Maret 2020: Sagitarius dan Libra Coba Teh Hijau!
Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo (SYL) menegaskan perlunya melakukan inovasi-inovasi teknologi terhadap komoditas pertanian, termasuk komoditas perkebunan. Upaya ini dilakukan untuk menggenjot produksi dan peningkatan kualitas dalam rangka mendorong peningkatan ekspor komoditas pertanian.
Menurut produsen teh putih asal Bandung, Ifa Syarifah, meski di tengah pandemi Covid-19, pihaknya berupaya tetap memenuhi kebutuhan pasar. Pekebun teh tak patah semangat, tetap bertahan dan tekun memelihara kebun teh, dengan harapan daun teh ini bisa memenuhi kebutuhan hidupnya.
“Untuk produksi teh di tengah pandemik ini, kami masih tetap bekerja. Pekebun kita selalu menggunakan masker karena udara dingin, dan ketika memetik tetap memperhatikan jarak, selalu berjauhan serta selalu memakai sarung tangan,” ucap pemilik Arafah Tea ini, Senin (18/5/2020).