Suara.com - Merebaknya virus corona telah melumpuhkan seluruh aktivitas masyarakat dunia. Namun, hal itu tak pernah berlaku bagi para petani kopi Sarongge.
Bulan Mei dan Juni merupakan masa panen raya kopi Sarongge, kopi asal Cianjur, Jawa Barat yang terkenal dengan cita rasa uniknya. Tak kenal #dirumahaja, mereka tetap harus ke kebun demi mendapatkan kopi berkualitas baik yang telah ditanam selama tiga tahun lamanya.
Tosca Santoso, sang inisiator kopi Sarongge, meminta agar pemerintah kelak bisa lebih memperhatikan nasib para petani. Tak hanya tenaga medis yang telah berjasa, petani juga menjadi pahlawan di tengah pandemi corona.
Tanpa petani, pasokan bahan pokok akan tersendat. Karenanya juga bisa menimbulkan krisis multidimensi.
Baca Juga: Cegah Penyebaran Corona, Nikaragua Bebaskan 2.815 Narapidana Kecuali Tapol
Jurnalis senior sekaligus salah satu pendiri Aliansi Jurnalis Indonesia (AJI) itu berharap pemerintah bisa terus menggalakan perhutanan sosial, asal lahirnya kopi Sarongge. Disanalah para petani bisa menyuplai pasokan bahan dengan maksimal.
Berikut kisah para petani Sarongge dan nasib petani lainnya di tengah pandemi yang ditulis langsung oleh Tosca Santoso.
Petani di Masa Pandemi
Pagebluk datang tanpa permisi. Virus itu, tiba-tiba melumpuhkan banyak segi kehidupan kita. Sejak Presiden Jokowi mengumumkan kasus Covid-19 pertama, awal Maret, berbagai aturan dibuat membatasi gerak. Orang-orang terkurung di rumah. Perkantoran tutup. Ekonomi melambat drastis.
Sedikit dari profesi yang diminta Presiden untuk tetap bekerja di masa pandemi ini adalah petani. Presiden mengingatkan agar petani memanfaatkan sisa hujan bulan April, untuk tetap menanam tanaman pangan. Ia khawatir akan ada kekeringan panjang di akhir tahun, yang dapat menyebabkan kurangnya pasok pangan.
Baca Juga: Video Parodi Emak-emak Penjual di Pasar Senen, Warganet: Bah, Pas Kali!
Ancaman kurang pangan jadi momok buat siapa sajayang sedang mengatur negeri. Kalau terjadi, ia dapat timbulkan krisis multidimensi.