Pada sisi Dana Pihak Ketiga (DPK), hingga akhir kuartal I 2020 DPK BRI tercatat Rp 1.029,00 triliun, atau naik sebesar 9,93 persen year on year ( yoy). Angka ini juga masih di atas pertumbuhan DPK industri perbankan nasional pada Maret 2020 sebesar 9,54 persen.
Dana murah (CASA) masih mendominasi portofolio simpanan BRI, mencapai 55,90 persen dari total DPK atau senilai Rp 575,18 triliun.
“Di tengah kondisi yang sedemikian menantang, dengan fokus pada kesehatan aset produktif, secara konsolidasian, Bank BRI mampu mencetak laba Rp 8,17 triliun dengan aset mencapai Rp 1.358,98 triliun hingga akhir kuartal I 2020,” jelas Sunarso.
Sementara itu, dari sisi permodalan, BRI mencatat rasio CAR 18,56 persen di akhir kuartal I 2020.
Baca Juga: Bank BRI Beri Bantuan Sembako ke 250 Panti Asuhan di Seluruh Indonesia
“Ini mencerminkan modal BRI cukup kuat untuk melakukan ekspansi dalam jangka pendek, jangka menengah maupun jangka panjang. Di samping itu, likuiditas BRI masih sangat ideal dan BRI mempunyai ruang yang cukup untuk tumbuh secara sehat dimana rasio LDR BRI di kuartal I 2020 tercatat sebesar 90,45 persen,” tambahnya.
Faktor lain yang menjadi penyokong kinerja BRI adalah peningkatan pendapatan berbasis komisi yang dikerek oleh peningkatan transaksi digital dampak dari pembatasan sosial berskala besar (PSBB) dan imbauan physical distancing. Pendapatan berbasis komisi BRI di akhir Maret 2020 tercatat Rp 4,17 triliun, atau tumbuh 32,91 persen yoy.