Resesi, Krisis Pangan Hingga Bahaya Stunting dan Solusi New Normal Pandemi

Iwan Supriyatna Suara.Com
Kamis, 14 Mei 2020 | 07:34 WIB
Resesi, Krisis Pangan Hingga Bahaya Stunting dan Solusi New Normal Pandemi
Ilustrasi stunting
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Pendapat Eddy Henry diamini oleh IIng Mursalin selaku Lead Program Manager for Stunting dari Tim Percepatan Pencegahan Anak Kerdil (TP2AK) yang menegaskan bahwa program penanggulangan stunting harus tetap berjalan dengan berbagai penyesuaian.

“Masa darurat pandemi bisa selesai dalam beberapa bulan, tetapi penanganan pasca pandemi ini bisa berlangsung lama dan terkait langsung dengan pemulihan ekonomi. Semakin lama penanganan, akan semakin besar dampak negatif bagi status gizi anak dan ibu hamil,” ujarnya.

Sementara PERSAGI yang diwakili oleh dr. Entos Zainal, MPHM, menekankan pentingnya intervensi bersifat lintas sektor yang menelurkan kontribusi lintas kementerian/lembaga.

"Inilah masanya antar kementerian menelurkan kontibusinya dalam menurunkan stunting yakni Kemenkes sebagai aktor utama intervensi gizi spesifik. Sementara kementerian selain Kemenkes dapat mengoptimalkan intervensi gizi sensitif, contohnya Kemendikbud dengan PAUD, parenting dan UKS, KemPU&PR dalam hal air bersih dan sanitasi, Kemenperin melalui fortifikasi produk pangan, Kementan dengan ketahanan pangan, Kemenag lewat bimbingan perkawinan dan tokoh agama, dan lainnya,” ujarnya.

Baca Juga: Krisis APD: Perawat Ini Berhenti Kerja, Takut Anak Tertular Corona

Sri Sukotjo selaku Nutrition Specialist dari UNICEF yang menekankan bahwa kelompok rentan masih perlu mendapatkan perhatian lebih.

“Pemilihan pangan untuk bantuan sosial perlu dibuat lebih ramah gizi. Dana Desa juga perlu dioptimalkan untuk mencegah terjadinya penurunan status gizi ibu dan anak,” paparnya.

Dari pihak pembahas, dr. Anung Sugihantono, M.Kes menjelaskan hadirnya situasi new normal pasca kondisi fasilitas kesehatan-tenaga kesehatan, energi masyarakat, hingga sumber daya kesehatan yang tersedot akibat COVID-19 ini dengan rencana tindak lanjut yang jelas.

“Soal reformulasi intervensi dengan digitalisasi sebagai platform. Kemudian transformasi pelayanan kesehatan berbasis literasi kesehatan masyarakat, basis pangan lokal lebih mengutamakan unsur protein seperti ayam telur, ikan, peran serta masyarakat lebih kepada kepedulian seperti di Jawa Tengah dengan konsep Jogo Tonggo. Terakhir rekalkulasi target, jujur dengan persoalan yang dihadapi saat ini agar tak ada yang frustasi atau saling menyalahkan”, ujarnya.

Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP), Dr. Brian Sri Prihastutit juga memastikan KSP akan terus mengawal berbagai program gizi nasional di tengah wabah virus corona.

Baca Juga: Klaster Besar Covid-19 Hantui DIY, Sejumlah RS Rujukan Krisis Fasilitas

“Indonesia merupakan salah satu negara dengan triple burden malnutrition, yaitu kurang nutrisi, kelebihan nutrisi dan defisiensi mikronutrien. Kami telah mencantumkan fokus penanggulangan stunting ke dalam RPJMN 2020-2024 dan hingga saat ini masih menjadi major project untuk meningkatkan daya saing sumber daya manusia dan derajat kesehatan masyarakat, bahkan di tengah pandemi,” pungkasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI