Namun toko-toko kecil juga mengalami kesulitan karena banyak pembeli mengutang.
"Jika situasi membaik di sini, dan saya bisa mendapatkan pekerjaan, maka kehidupan akan berlanjut," kata Abdi.
Remitansi 'akan turun di semua kawasan'
Bank Dunia mengatakan penurunan pengiriman remitansi akan dirasakan di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah di seluruh penjuru dunia.
Baca Juga: Sejarawan: Sejak Zaman VOC, Saat Ada Wabah Prioritas Elite Adalah Ekonomi
Sejumlah negara sangat tergantung pada kiriman devisa dari luar negeri. Misalnya di Haiti dan Sudan Selatan, remitansi mencapai sepertiga produk domestik bruto, 27% di Nepal dan sekitar 8% di Sri Lanka dan Pakistan.
Di masa lalu, uang diaspora ini menjadi penopang masyarakat di negara-negara yang perekonomiannya tumbuh pesat terhadap goncangan krisis. Uang itu menjadi semacam "polis asuransi", kata Dilip Ratha, ekonom utama untuk migrasi dan remitansi di Bank Dunia.
Selama krisis tahun 2008, misalnya, devisa itu menjadi "tali penolong yang penting" bagi keluarga, jelas Ratha.
Penurunan pengiriman sebesar 6% pada tahun 2009 diimbangi dengan pemulihan sebesar itu pula pada tahun berikutnya.
Namun kali ini pemulihan penurunan pengiriman uang dari luar negeri akan memerlukan waktu bertahun-tahun, karena sebagian besar wilayah dunia dikarantina dan diberlakukan pula larangan beperian sehingga menimbulkan serangkaian tantangan baru, di samping penurunan ekonomi.
Baca Juga: Bantu Ekonomi Masyarakat Terdampak Corona, Lampu Burj Khalifa Dilego
"Di masa lalu, orang biasanya membawa langsung uang tunai ketika pulang atau menitipkannya kepada orang lain untuk keluarga di rumah. Tetapi itu sekarang tidak mungkin," kata Ratha kepada BBC.