Suara.com - Krisis ekonomi di Lebanon menimbulkan protes keras. Masyarakat turun ke jalan dan membuat kerusuhan dengan membakar bank-bank di tengah kota, Selasa (28/4/2020) malam.
Dilansir France24, Rabu (29/4/2020), inflasi dan gelombang pengangguran telah mengguncang Lebanon sejak Oktober tahun lalu. Pandemi virus Corona semakin memperparah keadaan.
Para pengunjuk rasa di utara kota Tripoli melancarkan aksinya dengan membakar bank. Kondisi itu memaksa para tentara menembakan peluru karet dan gas air mata.
Pada demonstrasi sehari sebelumnya atau Senin (27/4/2020), seorang pemuda dikabarkan tewas dalam kerusuhan tersebut, kendati tak diketahui tentara atau pihak lain yang harus bertanggung jawab.
Baca Juga: Dampak Corona: Krisis Ekonomi Terasa di Lebanon, Warga dan Aparat Bentrok
Unjuk rasa tak hanya terjadi di kota Tripoli. Sidon dan Beirut juga dipenuhi dengan para demonstran yang berpawai melintasi kota-kota menggunakan topeng medis dengan meneriakan sistem keuangan negara.
Perdana Menteri Hassan Diab mendesak warga Lebanon untuk menahan diri dari kekerasan. Dia menyebut niat jahat orang-orang di balik layar hanya akan mengguncang stabilitas.
"Kami dihadapkan dengan realitas baru, kenyataan bahwa krisis sosial dan kehidupan telah memburuk secara cepat, terutama dengan naiknya nilai tukar dolar Amerika Serikat di pasar gelap," kata Diab dilansir dari French24, Rabu (29/4/2020).
Nilai tukar pound Lebanon terhadap dolar AS semakin merosot. Selama sepekan terakhir, nilai tukarnya merosot hampir 50 persen di mana kini 1 dolar AS setara 4.200 pound Lebanon.
Pengacara di kota Tripoli, Fahed Moukaddem, mengatakan bahwa pemerintahan yang dipimpin Hassan Diab yang didukung partai Hezbollah, sudah tak mampu mengakomodir kebutuhan masyarakat.
Baca Juga: Lebanon Legalkan Bertani Ganja untuk Kebutuhan Medis
Hassan Diab dan kroninya diminta segera mengundurkan diri dan memberikan tampuk pimpinan kepada sosok yang lebih mampu membawa ekonomi Lebanon ke arah lebih baik.