Suara.com - Harga minyak mentah dunia pada awal pekan ini cukup membuat kaget, pasalnya harga minyak mentah berjangka AS acuan West Texas Intermediate (WTI) anjlok menjadi -37,63 dolar AS per barel.
Ini merupakan harga terendah sejak NYMEX membuka perdagangan minyak berjangka pada 1983 silam.
Kepala Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu mengatakan, harga minyak mentah dunia sudah menurun sejak awal tahun karena aktivitas ekonomi global terdampak wabah Covid-19.
"Harga terus menurun sejak Senin, 13 April 2020, terutama jenis West Texas Intermediate (WTI) yang disebabkan oleh permintaan global yang semakin menurun dan sentimen negatif yang berasal dari proyeksi pertumbuhan ekonomi global yang kontraktif," kata Febrio dalam siaran persnya, Rabu (22/4/2020).
Baca Juga: 2 Hari Kemarin Jadi Mimpi Buruk Dalam Sejarah Perdagangan Minyak
Hari ini, harga WTI kontrak Mei berada pada level negatif (sempat -37 dolar AS per barel). Produsen harus segera menyerahkan stok kepada konsumen karena faktor penyimpanan yang terbatas.
Namun, hal ini diperkirakan berdampak secara jangka pendek, mengingat harga jual WTI kontrak pada Juni masih berkisar pada 20 dolar AS per barel. Harga minyak mentah Indonesia (Indonesian Crude Price/ICP) saat ini sedikit di atas harga minyak Brent.
Perubahan ICP akan berdampak terhadap APBN mengingat baseline asumsi harga ICP dalam Perpres 54/2020 ialah 38 dolar AS per barel untuk harga rata-rata sepanjang tahun 2020.
"Jika harga terus mengalami penurunan sehingga ICP menjadi 30,9 dolar AS per barel (rata-rata setahun) maka defisit diperkirakan bertambah Rp 12,2 triliun," kata Febrio.
Pemerintah terus melakukan pemantauan untuk melakukan kebijakan antisipatif termasuk pengendalian defisit, salah satunya melalui evaluasi atas belanja non-produktif, dan mengambil langkah-langkah mitigasi untuk menjaga kesinambungan fiskal dan pertumbuhan ekonomi.
Baca Juga: Minyak Dunia Anjlok Tapi Harga BBM Tak Juga Turun, Pertamina Tunggu Apa?