Suara.com - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatatkan kinerja neraca perdagangan yang apik sepanjang 3 bulan pertama tahun 2020, meski di bayangi pandemi virus corona atau Covid-19.
Kepala BPS Suhariyanto mengungkapkan, sepanjang 3 bulan pertama neraca dagang Indonesia mengalami surplus sebesar 2,62 miliar dolar AS.
Surplus tersebut diperoleh karena ekspor sepanjang Januari hingga Maret 2020 sebesar 41,79 miliar dolar AS, lebih besar dibandingkan impor sebesar 39,17 miliar dolar AS.
"Artinya selama Januari-Maret 2020 ini ternyata ekspor kita masih meningkat sebesar 2,91 persen kalau kita bandingkan dengan posisi tahun 2019," kata Kecuk sapaan akrabnya dalam konferensi pers melalui video conference di Jakarta, Rabu (15/4/2020).
Baca Juga: Bea Cukai Permudah Ekspor Impor Barang Curah di Tengah Pandemi Covid-19
Suhariyanto menambahkan, surplus di awal tahun ini lebih baik dibandingkan dengan kondisi neraca perdagangan periode yang sama tahun lalu.
Pada kuartal I-2019, Indonesia mencatat defisit neraca perdagangan sebesar 62,8 juta dolar AS.
"Tentu angka ini juga menggembirakan di tengah situasi yang tidak menentu. Tetapi kita juga perlu mewaspadai komposisi impor kita," kata dia dalam video conference di Jakarta, Rabu, (15/4).
Berdasarkan sektor, ekspor nonmigas hasil industri pengolahan Januari–Maret 2020 naik 10,11 persen dibanding periode yang sama tahun 2019, demikian juga ekspor hasil pertanian naik 16,23 persen, sementara ekspor hasil tambang dan lainnya turun 12,33 persen.
"Kalau kita lihat komposisinya tidak berubah bahwa ekspor terbesar kita masih didominasi oleh bahan bakar mineral yang porsinya sebesar 13,87 persen kemudian diikuti oleh non migas sebesar 12,1 persen, jadi ini juga menyatakan bahwa selama triwulan 1 2020 ekspor kita ternyata masih mengalami peningkatan sebesar 2,91 persen dibanding triwulan 1 2019," paparnya.
Baca Juga: Sudah Bisa Produksi Sendiri, Indonesia Rencana Ekspor APD ke Negara Lain
Sementara dari sisi impor pada periode Januari hingga Maret 2020, impor bahan baku atau penolong turun 2,82 persen menjadi 26,69 miliar dolar AS. Sedangkan, impor barang modal juga mengalami penurunan sebesar 13,07 persen menjadi 5,86 miliar dolar AS.