Pukulan Covid-19 Lebih Telak Ketimbang Krisis Ekonomi yang Pernah Terjadi

Selasa, 14 April 2020 | 15:53 WIB
Pukulan Covid-19 Lebih Telak Ketimbang Krisis Ekonomi yang Pernah Terjadi
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. [ANTARA FOTO/Wahyu Putro]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, dampak negatif pandemi virus corona atau Covid-19 memberikan pukulan telak bagi ekonomi Indonesia, menurut dia dampak krisis Covid-19 jauh lebih berat jika dibandingkan krisis yang pernah terjadi di tanah air.

Sri Mulyani lantas membandingkan situasi krisis yang terjadi, seperti tahun 2009 saat terjadinya krisis finansial global, atau tahun 2013 saat terjadinya krisis paper tantrum dan 2018 saat terjadinya krisis normalisasi kebijakan bank sentral Amerika Serikat atau The Fed.

Saat itu kata Sri ekonomi Indonesia mampu bertahan dengan cukup baik dan tidak begitu berpengaruh terhadap laju perekonomian nasional.

"Contohnya waktu global financial crisis kita masih mendapatkan net inflow sampai mendekati Rp 70 triliun pada saat paper tantrum merosot ke Rp 36 triliun, waktu 2018, waktu fed menaikkan suku bunga, net capital inflow di pasar uang drop ke Rp 7,3 triliun," kata Sri Mulyani saat konferensi pers melalui video conference di Jakarta, Selasa (14/4/2020).

Baca Juga: Selain Gelombang PHK saat Virus Corona, Indonesia Terancam Krisis Pangan

Tapi saat terjadinya krisis yang diakibatkan virus corona, aliran modal masuk atau capital inflow justru negatif akibat banyaknya dana asing yang kabur dari instrumen investasi di Indonesia.

"Namun tahun ini dalam 3 bulan saja, capital inflow ke Indonesia justru mengalami negatif. Terjadi minus Rp 148,8 triliun. Ini yang menyebabkan kenapa di pasar surat utang negara, indeks harga saham, dan nilai tukar rupiah semuanya mengalami tekanan yang cukup besar," katanya.

Bahkan kata mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini yield atau imbas hasil Surat Utang Negara (SUN) 10 tahun kita sempat naik di atas 8, indeks harga saham mengalami penurunan tajam dengan koreksi 27,9 persen dan nilai tukar rupiah yang sempat terdepresiasi hingga di atas 17 persen.

"Ini situasi yang menjadi kondisi untuk baseline kita melakukan bagaimana langkah di tahun 2020 dan 2021," katanya.

Baca Juga: Banyak yang Berzakat, Warga Miskin Pakistan Tertolong Hadapi Krisis Corona

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI