Butuh Rp 100 Triliun untuk Atasi Dampak COVID-19

Iwan Supriyatna Suara.Com
Kamis, 26 Maret 2020 | 13:24 WIB
Butuh Rp 100 Triliun untuk Atasi Dampak COVID-19
Profesor Doktor Rhenald Kasali. [Suara.com/Erick Tanjung]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Rhenald menyebut, sinyal keras wabah Corona ini sebenarnya sudah dimulai dengan sinyal-sinyal lembut munculnya berbagai kasus serangan penyakit. Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), sepanjang kurun waktu 1980-2013 ada 12 ribu kasus outbreak. Beberapa yang memiliki dampak besar adalah Ebola, MERS, dan SARS.

"Konektivitas transportasi antar negara yang kian terbuka membuat wabah yang dulu sifatnya lokal dan regional, kini menjadi global," sebutnya.

Dengan kondisi seperti ini, ke depan potensi ancaman wabah sangat mungkin terjadi lagi. Karena itu, semua negara harus mulai mendesain sistem kesehatan untuk penanganan wabah. Contohnya di Amerika Serikat, pada 2016 Presiden Barack Obama pernah membentuk National Security Council Directorate for Global Health Security and Biodefense.

Sayangnya, lembaga yang berada di bawah koordinasi Gedung Putih atau Kantor Presiden itu kemudian dibubarkan dan dilebur ke lembaga lain pada 2018 oleh Presiden Donald Trump. Ketika sekarang wabah Corona merebak di Amerika Serikat, pemerintahan Donald Trump pun kurang siap.

Baca Juga: Pulang Takziah Jasad PDP Corona, Satu Polisi di Kolaka Kini Batuk dan Demam

"Sekarang, saatnya semua negara untuk mendesain sistem penangahan wabah yang lebih baik," kata Rhenald.

Menurut dia, pemimpin di tingkat pusat dan daerah harus mendesain prosedur standar penanganan wabah. Termasuk memerintahkan pengalihan sumber daya seperti kampus, gedung olahraga, sekolah, dan yang lain untuk kepentingan darurat seperti rumah sakit dan tempat karantina.

"Semua pihak harus berkolaborasi, agar kita siap saat datang ancaman wabah berikutnya," jelasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI