Suara.com - Harga palladium meroket, Rabu (25/3/2020), di jalur untuk mencetak kenaikan harian terbaik sejak 1997, karena lockdown di produsen terbesar, Afrika Selatan, memperburuk masalah pasokan. Sementara emas naik tipis setelah pasar mencermati stimulus AS.
Mengutip Reuters, Kamis (26/3/2020) palladium yang terpukul masalah defisit melambung sebanyaknya 24,8 persen di awal sesi dan terakhir melonjak 19,3 persen, menjadi 2.304,74 dolar AS per ounce.
"Palladium melonjak karena meningkatnya kekhawatiran mengenai pasokan akan membuat kondisi pasokan yang sudah ketat menjadi jauh lebih buruk," kata Edward Moya, analis OANDA.
Logam autocatalyst itu melesat 10 persen pada sesi sebelumnya karena kekhawatiran akan penutupan tambang, meski Afrika Selatan mengatakan, Rabu, bahwa mereka akan terus memproses logam kelompok platinum itu selama lockdown tersebut.
Baca Juga: Palladium Anjlok 28 Persen, Emas Turun 4 Persen
Kenaikan harga "terlihat seperti posisi sell menekan sentimen dari penutupan tambang Afrika Selatan. Dua puluh satu hari penutupan tambang akan berarti pengurangan pasokan global 2 persen untuk 2020, sementara penurunan penjualan mobil tahun ini masih belum jelas," kata Dmitry Glushakov, analis VTB Capital.
Sementara itu, harga emas di pasar spot naik tipis 0,1 persen menjadi 1.612 dolar AS per ounce dalam sesi perdagangan yang volatile, setelah sebelumnya mencapai level tertinggi dua pekan. Harga melonjak sebanyaknya 5 persen pada sesi Selasa.
Emas berjangka Amerika Serikat ditutup anjlok 1,5 persen menjadi 1,634.90 dolar AS per ounce.
Harga emas spot diperdagangkan di bawah emas berjangka AS sebagai tanda pasar khawatir bahwa pembatasan perjalanan udara dan penutupan pengilangan akan menghambat pengiriman bullion ke Amerika Serikat untuk memenuhi persyaratan kontrak.
Investor menunggu pemungutan suara di Senat AS mengenai paket senilai 2 triliun dolar AS untuk mengurangi dampak ekonomi dari pandemi virus korona.
Baca Juga: Kilau Emas Dunia Memudar, Giliran Palladium Naik Tinggi
Virus itu menginfeksi hampir 423.000 orang, memaksa lockdown di seluruh dunia untuk menekan penyebarannya dan mendorong banyak negara serta bank sentral di seluruh dunia untuk turun tangan dengan program bantuan.