Selain ingin berkontribusi bagi lahirnya generasi unicorn selanjutnya melalui produk yang ditawarkan, serta membangun efek positif bagi perekonomian Indonesia, Moses Lo ternyata punya misi pribadi untuk diwujudkan.
“Misi pribadi lain adalah untuk membangun perkumpulan (alumni) Xendit. Kami ingin Xenpeeps dapat memulai bisnis yang bermanfaat bagi negara ini, dan berpotensi menjadi unicorn berikutnya. Karena alasan ini, kami menghabiskan banyak waktu untuk berinvestasi ke karyawan kami, dan memastikan budaya kami tetap kuat meskipun tumbuh dengan cepat,” harap Moses.
Dia sendiri yakin akan bisa mendorong terwujudnya impian itu. Apalagi posisi Xendit saat ini tengah berada di awal sesuatu yang luar biasa.
“Dilihat dari skala ekonomi digital, pencapaian kami tahap awal sudah luar biasa, dan penetrasi yang cukup baik dan bisa dipacu lebih tinggi lagi. Jika kita melihat ekonomi negara maju, mereka berada pada penetrasi 10-30 persen. Itu berarti kita setidaknya memiliki pertumbuhan yang besar di depan kita. Itu peluang besar," tuturnya.
Baca Juga: Kembali Puncaki Forbes, Taylor Swift Jadi Selebriti Terkaya 2019
Ketika ditanya apa saran dia kepada generasi muda Indonesia yang sedang membangun perusahaan startup, Moses Lo sangat semangat melihat perkembangan generasi pendiri startup selanjutnya. Hanya saja selama dalam pengamatannya berada di lingkungan startup ini, dirinya telah melihat banyak orang membuat kesalahan, sehingga perlu dibenahi. Apa saja?
Pertama, kata Moses, “Bangunlah sesuatu yang orang inginkan”. Menurut Moses, kebanyakan pendiri startup mempunyai berbagai macam ide, kemudian langsung membangunnya dan berharap semua orang akan menggunakannya.
Satu hal yang sangat dia percaya dan terus dia terapkan adalah untuk memaksa tim berbicara dengan 30 orang sebelum mereka bahkan mulai mengutarakan sebuah ide. Pilih pelanggan yang kira-kira membutuhkan produk Anda, lalu selesaikanlah masalah mereka. Jika Anda tidak berbicara dengan pelanggan, jangan heran jika tidak ada yang mau menggunakannya
Kedua, Moses menyarankan untuk fokus pada inti bisnis. Menurutnya, orang Asia memiliki kecenderungan dan ingin mengerjakan semua hal. Dan ternyata hal ini adalah sebuah strategi yang buruk. Jika Anda memiliki kapasitas ekstra, ubah upaya tersebut untuk meningkatkan sesuatu yang benar-benar penting.
“Misalnya, apakah Anda (sebagai pemilik bisnis) ingin membangun sistem pembayaran sendiri sementara kami memiliki lebih dari 100 orang untuk memecahkan masalah tersebut untuk Anda. Meskipun Anda 50 kali lebih baik dari kami, namun untuk menciptakan sistem yang sama baiknya dengan yang telah kami bangun akan memakan waktu kurang lebih 4 tahun,” kata Moses.
Baca Juga: Tiga Pemain Sepak Bola Ini Jadi Atlet Terkaya Versi Majalah Forbes
Selain itu diungkapkan, Venture capital (VC) dan pemberi sumber dana menghabiskan 100 persen waktu mereka berurusan dengan dana. Sebagai pendiri, dia menggalang dana setiap 2 tahun sekali. Ini berarti ada ketidakseimbangan informasi yang besar antara VC dan pendiri.