Kemudian hambatan berikutnya adalah mencari orang yang tepat. Persoalan disini, kata Moses Lo, bakat itu sulit ditemukan, terutama ketika bersaing dengan unicorn-unicorn di Indonesia. Apa yang dia lakukan adalah memberikan tawaran kepada sekelompok teman dan menawarkan apa yang membuat mereka lebih baik daripada unicorn.
“Kami mengatakan bahwa kami belajar coding dari UC Berkeley. Kami tidak dapat membayar Anda lebih banyak dari perusahaan lain tetapi kami dapat pastikan bahwa Anda akan bekerja dengan teman-teman terbaik Anda. Kami juga akan mengajari Anda tentang coding seperti bagaimana kami belajar tentang coding. Kami mengirimkan penawaran tersebut ke 10 orang dalam 1 grup pertemanan dan berharap 2-3 mengiyakan penawarannya. Ternyata, 10 orang tersebut mengatakan iya. Kami sangat senang akan respon positif tersebut, dan kami terus mengajak grup teman-teman di sekitar kami untuk bekerja bersama di Xendit,” sambungnya.
Transformasi
Menurut Moses Lo, selama 4 tahun perjalanan Xendit, pihaknya terus melakukan transformasi. Ketika karyawan mereka berjumlah sampai 10 orang, Moses mengakui tidak tahu apa yang mereka lakukan, dan mereka terus bereksperimen sampai menemukan sesuatu yang dapat berhasil.
Ketika karyawan bertambah 10-50 orang, mereka bekerja sama dengan sangat baik melawan semua masalah, mencoba melayani beberapa pelanggan yang mereka miliki dan bertumbuh bersama.
Ketika jumlah karyawan terus bertambah menjadi 100, saat itu mereka sangat peduli dengan budaya yang diterapkan di Xendit. Mereka melakukan 1:1s (sesi dengan manajer untuk bimbingan agar dapat terus tumbuh di perusahaan ini-Red) dengan semua karyawan dan memberlakukan feedback session. Masalah dan kegagalan masih sering terjadi dan mereka terus belajar.
“Kami sudah mulai memiliki product-market fit yang pas, dan kami sangat menikmati proses pengembangan bisnis ini,” ucapnya.
Kemudian, saat mereka sudah punya hingga 250 karyawan, sambung Moses Lo, hanya di bawah setahun tim Xendit menjadi semakin besar. Mereka harus membayar kembali utang teknis, menskalakan infrastruktur dan produk kami agar sesuai dengan permintaan konsumen. Budaya Xendit diuji karena mereka banyak merekrut tetapi disaat yang bersamaan harus memastikan budaya Xendit tetap terasa.
“Saya senang karena para pendatang baru dan orang yang lebih senior terus memberikan umpan balik yang positif tentang betapa hebatnya budaya di Xendit,” kata Moses.
Baca Juga: Kembali Puncaki Forbes, Taylor Swift Jadi Selebriti Terkaya 2019
Mendukung Perkembangan Pribadi Tim Xendit