Kemudian Bukalapak, Lazada, Suzuki, Cohive, Samsung, Tribehired untuk jenis platform and marketplaces. Travelio.com, Oaken, Wish, untuk jenis bisnis e-Commerce, dan masih banyak lagi seperti Unicef, WWF, Techinasia, dan lainnya. Para pelanggan yang punya nama besar dan tentunya punya kontribusi penting bagi ekonomi Indonesia.
Menurut Moses Lo, Xendit adalah jawaban atas permintaan sebagian besar pengusaha yang memiliki kendala dalam menemukan sistem pembayaran yang sesuai dengan kebutuhan dan standar mereka.
Melalui beberapa eksperimen product market-fit, Moses dan co-founder Xendit, Tessa Wijaya, memutuskan untuk fokus dan membangun payment gateway setelah mendapatkan umpan balik dari beberapa calon pelanggan potensial.
Xendit memprioritaskan tiga hal, kecepatan (integrasi yang cepat), kesederhanaan (integrasi mudah, penetapan harga yang sesuai), layanan terbaik (tim customer service yang responsif).
Baca Juga: Kembali Puncaki Forbes, Taylor Swift Jadi Selebriti Terkaya 2019
Percaya atau tidak, Xendit memproses jutaan transaksi tiap bulan, bertumbuh 25 persen tiap bulannya selama 2 tahun terakhir. Dengan dukungan 200-an talenta muda berkualitas (yang mereka sebut Xenpeeps) dari seluruh dunia menciptakan produk unggulan dan memberikan nilai-nilai baik bagi pelanggan Xendit.
Posisi itu semakin bertambah kuat karena Xendit dipercaya dan didukung oleh beberapa venture capital (VC) terbesar di dunia, yang berinvestasi pada Facebook, Slack, Twitch dan Grab, dan merupakan alumni dari akselerator bergengsi YCombinator (S15). Tidak mengherankan kemudian jika Xendit mengokohkan dirinya sebagai salah satu payment gateway terbaik di Indonesia dan Asia Tenggara.
Minat Komputer dan Keuangan Sejak Kecil
Moses Lo memang sosok yang menarik. Tokoh Forbes’ 30 Under 30 ini lahir dan tumbuh dari keluarga pengusaha. Kakeknya yang tidak memiliki latar belakang pendidikan apapun menyekolahkan anak-anaknya di luar negeri. Ayahnya kemudian masuk ke dunia wirausaha dan Moses pun tumbuh di lingkungan tersebut.
“Mimpi saya saat masih sekolah adalah untuk memulai bisnis saya sendiri dan membangun sesuatu yang dapat memberikan dampak positif besar kepada sekitar,” kata Moses yang mengenyam pendidikannya di Amerika Serikat. Ia meraih gelar MBA dari UC Berkeley.
Baca Juga: Tiga Pemain Sepak Bola Ini Jadi Atlet Terkaya Versi Majalah Forbes
Moses ingat ketika berusia 12 tahun, ketika dia pertama kali membongkar komputernya dan berhasil memasangnya kembali. Hal itu lah awal mula kecintaan Moses Lo terhadap komputer, dan tertarik dengan software (perangkat lunak).