6 Profesi Ini Mustahil Kerja dari Rumah, Apalagi Jika Sampai Lockdown

Sabtu, 21 Maret 2020 | 05:45 WIB
6 Profesi Ini Mustahil Kerja dari Rumah, Apalagi Jika Sampai Lockdown
Ilustrasi nelayan. (Dok : Istimewa)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kebijakan Work from Home atau Kerja dari Rumah telah diumumkan di berbagai wilayah untuk menekan angka kasus corona. Namun, tak semua profesi bisa menerapkan imbauan ini karena sejumlah faktor. 

Sejumlah negara yang telah menerapkan lockdown karena wabah virus corona (COVID-19) sejatinya bisa menjadi pertimbangan terkait dampak yang ditimbulkan. Ada beragam profesi yang menjadi 'tumbal', ada pula berbagai sektor vital yang paling terkena dampak.

Menilik apa yang terjadi di sejumlah negara, berikut enam profesi yang 'sedikit' mustahil jika harus Bekerja dari Rumah atau Work from Home apalagi jika sampai diterapkan lockdown!

1. Nelayan

Baca Juga: Acara-acara yang Batal Akibat Virus Corona

Nelayan merapikan jaring di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Karangantu, Serang, Banten, Jumat (31/1).   [ANTARA FOTO/Weli Ayu Rejek]
Nelayan merapikan jaring di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Karangantu, Serang, Banten, Jumat (31/1). [ANTARA FOTO/Weli Ayu Rejek]

Nelayan tak bisa bekerja dari rumah mengingat tempat mereka mencari nafkah adalah lautan luas dan pasar ikan.

Mengambil contoh dari nasib para nelayan di Jersey, sebuah wilayah dependensi Britania Raya. Setelah Eropa terkekang akibat virus corona dan pemberlakuan lockdown diterapkan, para warga dilarang keluar dan diminta untuk bekerja dari rumah.

Perintah ini jelas tak berlaku untuk para nelayan.

Bukan hanya nelayan kecil yang tak bisa memancing dan mencari ikan, namun nelayan-nelayan yang sudah bergabung dalam perusahaan juga tak bisa mendapat penghasilan.

Merangkum dari ITV News, perusahaan ekspor perikanan Jersey Aqua-Mar mengatakan tidak tahu bagaimana akan membayar staf mereka karena tak ada tangkapan untuk dijual ke pasar.

Baca Juga: Dipulangkan, ABK Diamond Princess: Kita Bukan Pembawa Virus Corona

Pemilik perusahaan Tony Porritt mengatakan,"Kami tidak punya alternatif lain selain harus berhenti. Kami tidak punya pilihan."

2. Sopir angkutan dan tukang ojek

Sejumlah driver ojek online menjemput penumpang di kawasan Stasiun Palmerah, Jakarta, Senin (2/9). [Suara.com/Arya Manggala]
Sejumlah driver ojek online menjemput penumpang di kawasan Stasiun Palmerah, Jakarta, Senin (2/9). [Suara.com/Arya Manggala]

Para tukang ojek, baik online maupun pangkalan, akan kehilangan pelanggan mereka. Tidak ada orang yang akan meminta untuk diantar ke suatu tempat karena aturan larangan bepergian. Jika tak ada orang, maka tak ada pula uang yang masuk ke kantong mereka.

Berkaca pada Work From Home yang sudah diterapkan saja, sopir ojek online, Ratijo (62), mengaku pendapatannya anjlok.

Sebelum ada imbuan WFH, penghasilan pria paruh baya dari orderan penumpang bisa bisa mencapai Rp 200 ribu per hari. Namun sejak Senin (16/3/2020) hingga hari ini, Kakek Ratijo mengaku rejekinya sangat seret.

Ratijo yang sudah memiliki tiga orang cucu ini menganggap adanya pemberlakuan WFH bisa mematikan profesi sopir ojol. Bahkan, dia mengaku bisa saja mati kelaparan karena sepi orderan dari penumpang setelah adanya WFH.

"Jadi saya bilang tukang ojek bisa mati kelaparan, karena (rejeki) cuma mengandalkan ojek. Karena sekarang bener-bener sepi penumpang karena adanya virus corona," ucap dia.

Nasib sopir angkutan hampir mirip dengan nasib para tukang ojek. Mereka akan kehilangan penumpang.

Kondisi ini berlaku untuk sopir taksi, bus, mikrolet, atau pun angkot. Jangankan untuk memberi setoran kepada pemilik armada, mendapat penumpang pun akan kesulitan karena orang-orang dilarang keluar rumah.

Irwansyah (31) salah satu sopir taksi konvensional di Jakarta mengaku cukup prihatin atas situasi di Jakarta akibat wabah virus corona saat ini. Ia ikut resah dibuatnya.

Bukan hanya khawatir tertular virus yang sudah membunuh ribuan jiwa itu, penghasilannya dari bekerja sebagai sopir juga sangat terpengaruh.

"Menurut saya melihat situasi di Jakarta saat ini kacau, rekan-rekan pengemudi yang lain. Sebelum ada Covid-19 aja, situasi narik sudah parah ditambah sekarang ramai virus corona makin parah. Pengaruhnya besar banget ke penghasilan sebagai pengemudi taksi," kata Irwansyah saat dihubungi, Rabu (18/3/2020).

Ia berharap, jika benar-benar lockdown dilakukan, pemerintah pusat harus memikirkan warganya. Lantaran mempengaruhi sejumlah pekerjaan nantinya bakal terganggu akibat opsi itu.

3. Pedagang 

Siti Maunah pedagang pasar memperlihatkan gula merah yang merangkak naik. [Suara.com/Amin Alamsyah]
Siti Maunah pedagang pasar memperlihatkan gula merah yang merangkak naik. [Suara.com/Amin Alamsyah]

Pedagang menggantungkan pendapatan dari hasil jualan mereka sehari-hari. Pedagang di pasar, tukang sayur, pedagang kaki lima, bahkan pedagang dengan toko yang lebih besar pun akan terkena imbas lockdown.

Kalaupun mereka boleh keluar rumah untuk berjualan, mereka tetap tak akan bertemu pembeli. Lalu apa artinya penjual ketika tak ada pembeli?

Ira Suwito (45), seorang pedagang yang menyediakan beragam masakan sehari-hari di kawasan Dharmawangsa, Jakarta Selatan ini menegaskan tidak setuju kalau pemerintah menerapkan lockdown.

Ira khawatir, karena laku atau tidak dagangannya sangat bergantung kepada konsumen yang datang untuk makan.

"Saya enggak setuju. Kalau lockdown kan otomatis Jakarta mati, kami enggak bisa ngapa-ngapain. Mata pencaharian saya kan di sini yah, kalau lockdown, berarti mata pencaharian saya keputus," kata Ira saat dihubungi Suara.com, Rabu (18/3/2020).

4. Buruh Harian

[Suara.com/Ema Rohimah]
[Suara.com/Ema Rohimah]

Buruh harian yang akan terdampak lockdown adalah para kuli panggul, kuli bangunan, bahkan pekerja harian di pabrik atau perusahaan. Upah yang biasa mereka dapatkan setiap harinya setelah bekerja akan lenyap.

Kuli panggul akan menemui pasar yang sepi, kuli bangunan tak boleh bekerja karena larangan keluar dan berkerumun, dan buruh pabrik tak akan mendapat upah karena karyawan diminta work from home.

5. Pilot dan Pramugari

Ilustrasi pramugari. (Shutterstock)
Ilustrasi pramugari. (Shutterstock)

Pekerjaan pilot dan pramugari bergantung pada jadwal dalam maskapai penerbangan. Ketika semua orang diimbau untuk Work From Home, maka akan berpengaruh pada tingkat mobilitas, termasuk menggunakan angkutan udara.

Tidak ada opsi bekerja dari rumah untuk para pilot dan pramugari. Hanya cuti dan libur yang bisa dikeluarkan perusahaan maskapai.

Cathay Pasific Airways, maskapai penerbangan Hong Kong meminta puluhan ribu karyawannya untuk mengambil cuti panjang, seiring dengan wabah virus corona.

Kendati begitu, sebanyak 27.000 karyawan dari maskapai tersebut tidak akan mendapat gaji selama cuti tiga bulan.

Pihak Cathay mengatakan telah ada rencana untuk memotong sekitar 30 persen kuota penerbangan selama dua bulan ke depan, termasuk 90 persennya penerbangan ke China.

"Kami meminta semua karyawan untuk mengikuti skema cuti tanpa gaji yang akan berlangsung sejak 1 Maret hingga 30 juni mendatang," imbuhnya.

6. Dokter dan perawat

ilustrasi dokter dan perawat [shutterstock]
ilustrasi dokter dan perawat [shutterstock]

Jika kebijakan Work From Home adalah dalam rangka untuk menekan angka penyebaran corona, maka kebijakan ini tak akan berlaku untuk dokter, perawat dan petugas medis lainnya.

Sebaliknya, dokter dan perawat akan menjadi petugas garis depan untuk bekerja keras menumpas corona.

Tentu pekerjaan ini tidak bisa dilakukan di rumah. Para dokter akan sibuk menangani pasien di rumah sakit dan layanan kesehatan lainnya.

Di Jakarta yang telah menerapkan Work From Home untuk seluruh pekerja, mengaku mengerahkan banyak petugas medis untuk bekerja di rumah sakit seluruh ibukota.

Gubernur DKI Anies Baswedan mengaku telah mengerahkan sebanyak 3.350 dokter dan 7.700 perawat

Anies berharap masyarakat dapat menghormati kinerja para dokter maupun perawat yang memang cukup beresiko tinggi dalam menjaga pasien terinfeksi corona.

Anies juga mengapresiasi pengorbanan para dokter maupun perawat yang terus membantu memberikan pelayanan yang baik kepada pasien.

“Saya minta kepada masyarakat yang mendapatkan pelayanan untuk menghormati menghargai. Mereka yang paling berisiko (terkena corona)," kata Anies.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI