Bos BI Sebut Dampak Ekonomi Akibat Corona hanya di Februari dan Maret

Senin, 02 Maret 2020 | 18:13 WIB
Bos BI Sebut Dampak Ekonomi Akibat Corona hanya di Februari dan Maret
Gubernur BI Perry Warjiyo. (Suara.com/Achmad Fauzi)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memastikan gejolak ekonomi akibat Virus Corona tak berlangsung lama. Ia pun memperkirakan gejolak ekonomi yang timbul hanya pada bulan Februari dan Maret.

"Dan mengalami perbaikan di bulan April, namun belum tentu pulih. Mei dan seterusnya mulai pulih," ujar Perry di Kompleks Perkantoran BI, Jakarta pada Senin (2/3/2020).

Perry menuturkan, BI pun akan tetap menstabilkan Perekonomian Indonesia. Salah satunya dengan memajukan jadwal acara besar yang biasa digelar BI. Hal ini untuk menstimulus ekonomi lewat pariwisata.

"Jadi, pertemuan yang semula kami selenggarakan di semester dua kami tarik jadi semester satu. Sebanyak 10 even kami tarik jadi semester 1 dan dua sekaligus mendorong pariwisata di dalam negeri," jelasnya.

Baca Juga: Tetangga Warga Depok Terinfeksi Virus Corona Pasrah: Serahkan ke Allah

Selain itu, Perry juga bekerja sama dengan perusahaan teknologi finansial untuk mendorong penggunaan QRIS.

Dengan begitu, bisa mempercepat penetrasi pengggunaan transaksi digital yang nantinya bisa mendukung pertumbuhan ekonomi digital.

"Ini (QRIS) juga memobilisasi pariwisata sehingga bisa mendorong ekonomi lebih lanjut, sehingga dampak dari corona ini terhadap stabilitas ekonomi dan ekonomi kita itu bisa ditangani secara baik," ucap dia.

Sebelumnya, BI mengeluarkan lima kebijakan lanjutan untuk menstabilkan pasar keuangan akibat virus mematikan asal China itu.

Pertama, meningkatkan intensitas triple intervention agar nilai tukar rupiah bergerak sesuai dengan fundamentalnya dan mengikuti mekanisme pasar.

Baca Juga: Teror Virus Corona, Masker Merek Ini Banyak Diburu Warga di Pasar Pramuka

Untuk itu, BI akan mengoptimalkan strategi intervensi di pasar DNDF, pasar spot, dan pasar SBN guna meminimalkan risiko peningkatan volatilitas nilai tukar rupiah.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI