Virus Corona Buat IHSG Terpuruk, IPO dan Penerbitan Obligasi Bakal Sepi?

Senin, 02 Maret 2020 | 16:18 WIB
Virus Corona Buat IHSG Terpuruk, IPO dan Penerbitan Obligasi Bakal Sepi?
Pegawai melintas di depan layar pergerakan saham di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (7/10/2019). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah satu persen atau turun 60,67 poin ke level 6.000,58 dari perdagangan akhir pekan lalu, Jumat (4/10/2019). Sebagai ilustrasi [ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso/wsj].
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Data perdagangan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada pekan terakhir ini boleh dibilang tak begitu menggembirakan, pasalnya selama minggu terakhir bulan Februari IHSG anjlok cukup dalam sekitar 7,3 persen.

Lantas bagaimana dengan minat perusahaan yang ingin melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI). Apakah masih berminat di tengah kondisi pasar yang bergejolak gegara virus corona?

Menanggapi hal ini Direktur Penilaian Perusahaan Bursa Efek Indonesia (BEI) I Gede Nyoman Yetna mengatakan, hingga saat ini ada 24 perusahaan yang sudah ada pipeline IPO.

"Dari data yang kita miliki hingga sekarang posisi ada 24 perusahaan yang sudah submit dokumen hingga sampai saat ini kami belum menerima laporan terkait dengan penundaan IPO," kata Nyoman saat ditemui di Kantornya, Jakarta, Senin (2/3/2020).

Baca Juga: IHSG Terus Anjlok Imbas Corona, BEI Larang Transaksi Short Selling

Terkait dengan penerbitan obligasi juga, kata Nyoman hingga saat ini sudah ada 13 perusahan yang ingin menerbitkan dan hingga kini juga masih sesuai dengan jadwal, belum ada perubahan ataupun penundaan penerbitan obligasi.

"Obligasi ada 13 hingga saat ini masih dalam on schedule," katanya.

Direktur PT Anugerah Mega Investama Hans Kwee mengatakan, sepanjang minggu ini IHSG diwarnai sejumlah tekanan turun bursa-bursa global, regional dan Indonesia.

"Indeks utama Wall Street semua turun sepekan dimana dalam semingguan Dow Jones turun 12 persen, Indeks S&P 500 turun 11,5 persen dan Nasdaq terkoreksi 10,5 persen. Secara mingguan ini merupakan kinerja terburuk sejak 2008," kata Hans Kwee dalam risetnya, Minggu (1/3/2020).

Hans bilang kecemasan pelaku pasar terjadi karena penyebaran virus corona saat ini tumbuh lebih cepat di luar China dimana hal ini menimbulkan kekhawatiran pada pasokan barang dan permintaan konsumen turun lebih besar dari estimasi sebelumnya.

Baca Juga: Virus Corona Mulai Masuk ke Indonesia, Bos BEI Minta Investor Tetap Tenang

"Akhir pekan indeks dunia turun akibat pejabat Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) mengkonfirmasi kasus pertama virus korona AS di California Utara. Pasien ternyata tidak memiliki riwayat perjalanan atau kontak sehingga membuat orang tersebut berada dalam risiko terkena virus corona," kata Hans.

Sementara itu lebih lanjut, Hans menambahkan bahwa para pelaku pasar saat ini berspekulasi Federal Reserve akan menurunkan suku bunga pada pertemuan Maret 2020 untuk memberikan stimulus menghadapai dampak penyebaran virus corona di dunia.

"Pelaku pasar menilai suku bunga AS saat ini jauh lebih tinggi dibanding anggota lainnya di G10, sehingga mempunyai ruang lebih luas untuk menurunkan suku bunga," katanya.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan bahwa virus corona memiliki potensi menjadi pandemi. WHO berpendapat epidemi virus corona telah mencapai titik puncak di China, tetapi kekhawatiran perluasannya penyebaran virus di Negara-negara lain lain menimbulkan kekawatiran para pelaku pasar.

Lembaga pemeringkat Moody's berpendapata dampak virus corona akan memicu resesi global pada paruh pertama tahun ini.

"Kami perkirakan wabah virus corona berhasil di tanggulangi tetapi pertumbuhan global pada Kuartal pertama tahun 2020 pasati akan terpukul turun," kata Hans.

Bursa kawasan Eropa juga mengalami tekanan, seiring negara-negara kawasan Eropa juga mengalami penyebaran virus corona. Estonia, Denmark dan Yunani melaporkan kasus virus corona pertama, Inggris melaporkan dua kasus baru. Virus corona juga di temukan di Austria, Swiss dan Spanyol.

Prancis telah mengkonfirmasi kematian keduanya. Di kawasan Italia menjadi perhatian utama karena virus corona yang kini menyebar ke selatan Negara tersebut dimana lebih dari 600 orang tertular virus corona di Negara tersebut dan ada 12 orang yang meninggal dunia.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI