Upaya Perbankan Selamatkan Ekonomi dari Virus Corona Mungkin Tak Cukup

Sabtu, 29 Februari 2020 | 10:11 WIB
Upaya Perbankan Selamatkan Ekonomi dari Virus Corona Mungkin Tak Cukup
Ilustrasi COVID-19 [Shutterstock].
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kondisi pasar yang bergejolak telah mendorong berbagai bank sentral sedunia menuju titik kekhawatiran akibat terjadinya wabah Virus Corona atau COVID-19. Disebutkan bahwa inilah goncangan ekonomi global yang menghantam pada saat kemampuan perbankan diragukan dan investor didesak untuk bertindak.

Setelah terjadi perang dagang global, di mana para para pembuat kebijakan moneter telah menghabiskan "amunisi" mereka untuk menjaga ekonomi dunia yang lesu agar tidak tergelincir lebih jauh, kini mereka mesti menghadapi wabah Virus Corona yang ditakuti di seluruh penjuru dunia.

Dikutip dari Reuters, pada Jumat sore (28/2/2020), Jerome Powell, Kepala Federal Reserve menyatakan bahwa untuk sementara kondisi ekonomi Amerika Serikat tetap kuat, virus berisiko tetap berkembang biak, namun The Fed siap mengambil tindakan jika diperlukan.

Gedung Bank Sentral Amerika Serikat The Federal Reserve [Shutterstock]
Gedung Bank Sentral Amerika Serikat The Federal Reserve [Shutterstock]

"Federal Reserve memantau dengan cermat perkembangan dan implikasinya bagi prospek ekonomi. Kami akan menggunakan perangkat sendiri, dan bertindak sesuai kebutuhan untuk mendukung ekonomi," tukasnya.

Baca Juga: Karantina Corona WNI Diamond Princess Dipisah dengan World Dream di Sebaru

Komentar ini muncul setelah para gubernur bank pusat di seluruh dunia menyatakan kondisi "wait and see" dan disimpulkan bahwa pernyataan yang dikeluarkan The Fed adalah tindakan untuk menenangkan pasar.

"The Fed menyamarkan pesan yang akan disampaikan, karena memberikan pernyataan soal virus yang membingungkan pasar," komentar Roberto Perli, pakar ekonomi makro dari Cornerstone.

"Kecuali bila virus bisa diatasi dengan cepat, penurunan suku bunga pada Maret dan seterusnya menjadi kasus dasar, terlepas dari komentar terbaru para pejabat," tandasnya.

Setelah komentar Jerome Powell, saham Amerika Serikat mengalami koreksi berupa pengurangan. Namun indeks S&P 500 masih ditutup lebih rendah untuk hari ketujuh berturut-turut.  Seberapa besar amunisi yang dibutuhkan para bank pusat sedunia agar bisa bertahan, tetap menjadi pertanyaan.

Suku bunga Federal Reserve sudah berada di level rendah, dipangkas tiga kali tahun lalu ketika pemerintahan Donald Trump mengguncang pasar karena melakukan perang dagang dengan China. Bank Sentral Eropa dan Bank Jepang, dengan suku bunga di bawah nol, mungkin secara khusus berjuang untuk respons yang efektif terhadap masalah yang disebabkan Virus Corona.

Baca Juga: Di Filipina, Lahir Jet-Max, Crossbreed Jetski dan Yamaha Nmax

Kebijakan moneter dalam memperkuat permintaan dengan menurunkan biaya pinjaman, tidak mampu memulihkan rantai pasokan global yang telah berhenti. Juga tidak bisa meyakinkan publik soal keamanan melakukan perjalanan, sehingga di sektor bisnis tidak bisa mengadakan konvensi penjualan.

Ilustrasi perang dagang AS dan China. (Shutterstock)
Ilustrasi perang dagang AS dan China. (Shutterstock)

Goushi Kataoka, salah satu anggota sembilan dewan BOJ atau Bank of Japan mengatakan tidak perlu segera mengambil tindakan kebijakan moneter dalam menanggapi COVID-19.

"Saya tidak berpikir BOJ perlu mengambil langkah pelonggaran moneter tambahan, sebagai tanggapan terhadap wabah Virus Corona. Kami harus melihat seberapa serius dampak dari wabah itu," paparnya dalam sebuah konferensi pers, Kamis (27/2/2020).

Bankir sentral dalam beberapa tahun terakhir telah memperingatkan secara luas bahwa "toolkit" mereka dibatasi oleh suku bunga rendah secara global, dan keraguan bahwa pembelian obligasi dan strategi lainnya akan terbukti efektif dalam penurunan tajam lainnya. Mereka secara lebih terbuka mendesak otoritas fiskal untuk merencanakan penggunaan pajak dan pengeluaran pemerintah secara penuh untuk memikul beban tanggung jawab akan krisis.

Hingga taraf tertentu, pihak berwenang mengambil tindakan fiskal. Pejabat di Eropa bergerak untuk mempermudah kredit bisnis dan pajak yang lebih rendah dengan langkah sementara, dan pemerintahan Donald Trump ditekan para pemimpin kongres untuk menjabarkan secara lebih eksplisit setiap langkah fiskal yang mungkin diperlukan untuk meningkatkan perekonomian.

Pemotongan suku bunga Fed pada pertemuan 17-18 Maret mendatang dipandang sebagai langkah hampir pasti, dengan beberapa analis mengharapkan tindakan agresif dan bahkan mungkin langkah darurat untuk sementara. Beberapa harga pasar menunjukkan The Fed mungkin akan mendapatkan zero bound lagi pada tahun ini.

"Kami mengantisipasi bahwa Fed akan memangkas suku bunga setidaknya 50 basis poin selama beberapa bulan mendatang, dengan perkiraan dasar baru kami mengharapkan pemotongan 25 basis poin pada dua pertemuan berikutnya pada bulan Maret dan April," kata pakar ekonomi dari Deutsche Bank.

Sementara itu, James Bullard, Presiden Federal Reserve St. Louis James Bullard mengatakan ia terbuka untuk memotong suku bunga "jika situasinya memburuk dan sepertinya akan ada efek besar pada ekonomi Amerika Serikat. Namun kita harus sampai ke titik itu."

Ada juga kesamaan di antara pembuat kebijakan di seluruh dunia, dengan pejabat di Kanada, Eropa, Jepang, Swiss, dan di tempat lain mengatakan mereka siap bertindak jika Virus Corona tetap tidak terkendali.

Bank of Canada menjadi yang pertama dalam mengadakan pertemuan tentang kebijakan pada minggu depan. Tidak ada perubahan dalam tingkat Dewan Komisaris, tetapi pasar uang sekarang menghargai penurunan seperempat poin.

Perkiraan mendasar bagi para pembuat kebijakan secara global adalah Virus Corona tetap berlanjut seperti halnya wabah virus lainnya, tanpa menghentikan perekonomian dunia sepenuhnya.

James Bullard menempatkan parameternya sendiri di sekitar itu: serangan COVID-19 yang menelan begitu banyak korban jiwa menjadi sumber ketakutan investor dan masuk penilaian di setiap pemotongan suku bunga.

Para pembuat kebijakan Eropa mengatakan mereka juga percaya masih terlalu dini untuk mengatakan apakah tanggapan bank sentral sesuai.

"Ini adalah masalah kebijakan moneter yang sangat kompleks dalam pandangan saya, namun tidak memerlukan tindakan kebijakan moneter akut," kata Jens Weidmann, Presiden Bundesbank, pada Jumat (28/2/2020).

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI