Suara.com - Keganasan virus corona Covid-19 tak perlu lagi dipertanyakan. Ribuan jiwa telah melayang akibat corona.
Catatan John Hopkins University (JSE) yang menghimpun data teranya penyebaran Covid-19 dari berbagai sumber kredibel, virus ini telah merenggut 2,704 nyawa dan menginfeksi 80,289 warga di seluruh dunia yang telah terkonfirmasi hingga Selasa (25/2/2020) malam WIB.
Kebanyakan dari mereka yang meninggal dan terinfeksi adalah warga Tiongkok. Virus yang pertama kali menginfeksi warga di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Tiongkok ini telah tersebar ke 30 negara, termasuk Korea Selatan, Jepang, Italia, Hongkong, Iran, AMerika, Singapura, Thailand, Jerman, Australia, dan Malaysia. Beruntung di Indonesia belum ada laporan kasus terkonfirmasi sejauh ini. Namun demikian, kewaspadan tetap saja perlu diutamakan.
Dalam rangka meningkatkan kesadaran dan kewaspadaan terhadap ancaman Covid-19, bank bjb membekali seluruh insannya dengan pengetahuan wabah corona. Divisi Human Capital bank bjb bekerja sama dengan Dinas Kesehatan Kota Bandung menyelenggarakan forum dengan tema guna mengedukasi kesiapsiagaan bank bjbmenghadapi infeksi Covid-19.
Baca Juga: Bank BJB, SAS Hospitality, dan PT SAP Kerja Sama Penyaluran KUR Mikro
Forum tersebut diselenggarakan di Aula lantai 9 Menara bank bjb, Jalan Naripan, Kota Bandung, Jawa Barat, Selasa (25/2/2020). Dalam forum ini, seluruh insan bank bjb dibekali pengetahuan tentang berbagai hal terkait Covid-19, dari mulai sejarah kemunculan, seluk beluk keluarga besar virus, penyebaran, gejala, deteksi hingga cara merespons.
"Selaras dengan prinsip kehati-hatian yang selalu kami terapkan dalam praktik usaha, perseroan turut mengaplikasikannya dalam bentuk pembekalan pengetahuan guna mengantisipasi berbagai hal yang dapat mengintervensi dinamika usaha. Diharapkan dengan pembekalan yang diberikan para insan perseroan dapat meningkatkan kewaspadaan dan menghindari kepanikan yang tak perlu sehingga kondusivitas dapat senantiasa terjaga," kata Pemimpin Divisi Corporate Secretary bank bjb Widi Hartoto.
Kepala Seksi Surveilans dan Imunisasi pada Dinas Kesehatan Girindra Wardhana ini, yang menjadi pemateri memaparkan Covid-19 berasal dari famili coronavirus yang sebelumnya juga pernah mewabah.
Ada setidaknya dua jenis coronavirus yang diketahui menyebabkan penyakit yang dapat menimbulkan gejala berat seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS-CoV) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS-CoV). Covid-19 adalah virus jenis baru yang belum pernah diidentifikasi sebelumnya pada manusia.
"Virus corona adalah zoonosis (ditularkan antara hewan dan manusia). Penelitian menyebutkan bahwa SARS-CoV ditransmisikan dari kucing luwak (civet cats) ke manusia dan MERS-CoV dari unta ke manusia. Beberapa coronavirus yang dikenal beredar pada hewan namun belum terbukti menginfeksi manusia. Covid-19 memiliki kesamaan materi genetik tertinggi sebesar 96 persen dengan virus Corona non-SARS yang ada di kelelawar (Bat CoV RaTG13)," kata Girindra.
Baca Juga: Bank BJB Raih 2 Penghargaan dalam Artajasa Award 2020
Perkembangan virus ini dimulai pada 30 Desember 2019. Saat itu Wuhan Municipal Health Committee mengeluarkan pernyataan "pemberitahuan segera tentang pengobatan pneumonia yang penyebabnya tidak diketahui".
Pada 9 Januari, kematian pertama akibat corona terkonfirmasi di Tiongkok. Pada 13 Januari, kasus pertama di luar Tiongkok terkonfirmasi di Thailand. Hingga saat ini, perkembangan Covid-19 masih terus menyebar.
Gejala manifestasi klinis Covid-19 ini, ujar Girindra, biasanya muncul dalam dua hingga 14 hari setelah paparan. Gejalanya mencakup demam pada 90 persen kasus, letih-lemah-lesu dan batuk kering 80 persen, sesak 20 persen dan distress pernapasan 15 persen.
Selain itu, biasanya terlihat gambaran perubahan di kedua lapangan paru pada rontgen dada. Tanda vital ini umumnya stabil saat dalam perawatan. Pada kasus yang berat, wabah dapat menyebabkan pneumonia, sindrom pernapasan akut, gagal ginjal, dan bahkan kematian.
Covid-19 juga memiliki sejumlah klasifikasi pasien, yakni orang dalam pemantauan, pasien dalam pengawasan, kasus probable, dan kasus konfirmasi.
Orang dalam pemantauan adalah seseorang yang mengalami gejala demam lebih dari 38 derajat Celcius atau memiliki riwayat demam, ISPA ringan sampai berat yang memiliki riwayat perjalanan ke negara yang terjangkit pada 14 hari sebelum timbul gejala.
Selanjutnya, pasien dalam pengawasan adalah seseorang yang mengalami demam lebih dari 38 derajat Celcius atau ada riwayat demam, batuk/pilek/nyeri tenggorokan, pneumonia dan memiliki riwayat perjalanan ke negara yang terjangkit pada 14 hari sebelum timbul gejala. Kasus probable merujuk pada pasien dalam pengawasan yang diperiksa untuk Covid-19 tetapi inkonklusif (tidak dapat disimpulkan) atau seseorang dengan dengan hasil konfirmasi positif pan-coronavirus atau beta coronavirus. Pada kasus konfirmasi, seseorang dinyatakan positif terinfeksi Covid-19 lewat hasil pemeriksaan laboratorium.
"Jika mengalami gejala demam, batuk, sesak napas dan baru bepergian dari negara terjangkit dalam 14 hari sebelum sakit, segera berobat ke Puskesmas atau RS terdekat. Berikan informasi kepada dokter dan tenaga kesehatan tentang riwayat perjalanan," katanya.
Sebagai antisipasi, Girindra meminta agar etika batuk diterapkan, dengan menutup menggunakan masker, tisu, atau lengan. Setelah itu, segera buang tisu yang sudah dipakai atau cuci tangan menggunakan air mengalir dan sabun. Tips selanjutnya adalah gunakan masker jika menderita sakit dengan gejala infeksi saluran pernafasan (demam, batuk dan flu) dan segera berobat.
Langkah antisipasi penyebaran lain, bisa dilakukan dengan sering mencuci tangan dengan air mengalir menggunakan sabun kurang lebih 20 detik sebelum dan sesudah menyiapkan makanan, sebelum makan, setelah menggunakan toilet, dan setelah merawat binatang. Jika tidak tersedia air, dapat menggunakan cairan pembersih tangan yang mengandung alkohol 70–80 persen.
Jika sedang sakit, diminta pula agar mengurangi aktivitas di luar rumah dan membatasi kontak.