Suara.com - Sejumlah investor dari Australia mengaku kerap menghadapi kendala untuk berinvestasi di Indonesia karena birokrasi yang rumit dan panjang.
"Itu bukan kata saya, tapi yang kami dengar dari para investor," kata Peter Simojoki, Sekretaris Dua Bidang Ekonomi Kedutaan Besar Australia di Tarakan, Kalimantan Utara, Selasa (25/2/2020).
Faktanya, kata dia, selama 10 tahun terakhir investor Australia hanya transit saja di Indonesia, sementara investasi mereka ditujukan ke Singapura, Hong Kong, China, Jepang, dan Korea.
Menurut Peter, sebenarnya, upaya serius sudah dilakukan baik Indonesia maupun Australia.
Baca Juga: Virus Corona Ganggu Ekonomi, Jokowi Sebut Satu-satunya Obat Hanya Investasi
"Karena langkah politik sudah kuat, ada yang bilang hubungan Indonesia dan Australia pasang surut, dulu mungkin benar, tapi sekarang sudah tahap hubungan lebih dewasa," katanya.
Peter menuturkan, hubungan politik bilateral sudah memiliki daya tahan sehingga jika ada masalah-masalah, cepat teratasi karena tingkat kepercayaan sekarang lebih tinggi ketimbang dulu.
"Tapi hubungan ekonomi belum memadai, padahal letak geografis sangat dekat. Dan setahu saya Australia dan Indonesia memiliki garis perbatasan terpanjang di dunia," ujarnya.
Menurut Peter, pemerintah Australia dan Indonesia telah berusaha menciptakan hubungan ekosistem agar hubungan ekonomi lebih berkembang.
"Kami tidak bisa menyuruh pengusaha atau pedagang masuk ke Indonesia. Yang bisa dilakukan pemerintah Australia dan Indonesia adalah menciptakan iklim yang baik sehingga investor merasa aman dan nyaman berusaha di sini," ujarnya.
Baca Juga: Corona Sudah Renggut 1.770 Orang, Bagaimana Nasib Investasi di Indonesia?
Peter menyebut, salah satu tujuan kemitraan atau kesepakatan komprehensif perdagangan bebas bilateral dinamakan "Indonesia Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement ( IA-CEPA)" yang ditandatangani Maret 2019.